Sabtu, 16 Maret 2019

5 kelakuan teman kantor yang bikin kamu ingin segera menyandang status “IN-A-RELATIONSHIP”


Kenapa jomblo selalu jadi bahan hinaan weh

Mendengar curhatan temanmu yang sedang menyandang status “in a relationship” seringkali membuatmu merasa bersyukur atas status jomblo “single”-mu. 

Waktu weekend menjadi hak prerogatifmu seorang karena kamu ga perlu menyesuaikan dengan doi *gimana coba kalo doi hobinya lari keliling GBK sementara kamu sukanya cuman lari dari kenyataan :P*. Tak ada pula drama kata “terserah kamu deh” yang mengharuskanmu berpikir keras untuk menebak kemauan si doi.

Intinya, kamu merasa hidupmu tuh fine-fine-aja alias no problemo sama sekali. Sejujurnya, kamu juga ga merasa jiwamu cuman ada sebelah karena kamu belum menemukan belahan jiwa. #apaansih

Hiks, ga semua jomblo gini juga keles

Lalu, entah siapa yang memulainya, mendadak kamu menjadi bahan ledekan di kantor karena belum ada yang menjemputmu pas kamu lembur. Tanpa kamu sadari, pertanyaan seperti “kapan punya pacar?” mulai mengisi lembar kehidupanmu.


Bodo amat. Bodo amat. Bodo amat.

Pasti ada aja nih netijen yang komen “Ya udah sih, ga usah dipikirin. Susah amat.” Asal tahu aja, ada 8 jam sehari yang kamu habiskan di kantor bersama dengan mulut usil teman-teman kantormu. Ya gimana ga kepikiran coba. :”) #garukgaruktembok

Jadi apa aja sih tindak-tanduk teman kantor yang bikin kamu kepikiran untuk memiliki seseorang yang mengucapkan good morning setiap hari?

Ini dia 5 kelakuan teman kantor yang bikin kamu ingin segera menyandang status “in-a-relationship”.


Eh, ada anak baru loh di divisi X. Lo ga mau sama dia aja?

Melihat bentukan makhluk yang dinamakan “anak-baru-divisi-X” saja belum pernah, tapi kamu sudah menjadi sasaran empuk untuk dijodohkan dengannya. Bahkan sebenarnya kamu ga tahu sama sekali dan ga mau tahu juga sih mengenai eksistensi si-anak-baru jika mulut usil temanmu tak mulai menganggumu.

Ga hanya keberadaan si-anak-baru, pertanyaan “lo ga mau sama dia aja?” juga berlaku ketika salah satu teman sekantormu putus dengan pacarnya. Putusnya juga baru seminggu, tapi kamu sudah mendengar pertanyaan tersebut semenjak gonjang-ganjing akan berakhirnya hubungan mereka.  
Berlari melewati teman-temanmu yang hobinya menjodohkanmu dengan sembarang orang

Selanjutnya, yang bisa kamu lakukan cuman bisa menarik napas dan godek-godek kepala menyaksikan kelakuan teman kantormu. Sambil diam-diam berdoa supaya mereka tak semakin liar-nan-agresif dalam menjodohkanmu yang sebenarnya juga ga butuh dijodohin.
           

Kok lo perhatian banget sih sama dia? Buktinya, lo kasih kado pas dia ulangtahun.

Mendengar pertanyaan tersebut pasti sukses membuat keningmu berkerut bingung. Bukannya wajar ya memberikan kado dan kartu ucapan ketika seseorang berulangtahun? Malah aneh ga sih jika kamu memberikan surprise ketika tak ada satu pun momen spesial?

Yang semakin membuatmu tak habis pikir, kado yang diberikan kepada empunya-yang-berulangtahun pun merupakan hasil patungan satu divisi. Plus kartu ucapan itu dibuat atas inisiatif teman-temanmu yang kemudian memaksamu untuk berkreasi sekreatif mungkin. *sudah berkorban, dituduh modus pula*

Jurus kamekameha untuk teman yang hobinya menjatuhkan tuduhan imajinatif

Kamekameha versi imut

Diam-diam, ingin rasanya kamu mengeluarkan jurus kame-kameha ala dragonball supaya teman-temanmu segera insyaf dan kembali ke jalan yang benar. Huhuhu.


Cie, cie, kasih kode ke siapa nih?

Untuk mengusir rasa jenuh ketika mengerjakan tugas kantor yang tak mengenal kata selesai, mendengarkan lagu via Spotify menjadi andalanmu. Tanpa sadar, bibirmu mulai bersenandung mengikuti lirik lagu Untitled ala Maliq & D’Essentials. *yang fans-nya Maliq juga mana suaranya? #aseeek

Masalah timbul ketika teman sedivisimu mendengarnya dan bertanya “cie, itu lagu buat siapa sih?” #autosebal. Apalagi jika desibel suara temanmu cukup untuk didengarkan oleh satu ruangan berkapasitas puluhan orang. Belum lagi jika temanmu hobi mengkaitkan lirik lagu tersebut dengan orang yang udah dicie-cie-in denganmu sejak fosil dinosaurus mulai ditemukan. #lebay

Ingin rasanya kamu berteriak “sumpah, gue ga kasih kode ke siapa-siapa”

Ingin rasanya kamu menyumpal mulutnya dengan risol sambil berteriak “Suara lo bisa pelanan dikit ga sih? Jarak kita kan ga nyampe 1 meter, geblek! Terus nanti semua orang mikir gue lagi kodein doi woy!”. Duh!


Karyamu = Pengalaman Pribadimu = Curhatanmu

Usai berkutat dengan urusan kantor selama (minimal) 5x8 jam seminggu, meluangkan waktu untuk hobimu menjadi kesenangan tersendiri. Ga heran, kamu semakin tekun nan konsisten dalam melakukan hobimu. Ya hitung-hitung kan jadi punya karya lain di luar dunia kerja.

Yang bikin kamu gigit jari adalah ketika semua karyamu selalu dikaitkan dengan doi. Buat yang suka motret dan posting hasilnya di Instagram, bersiaplah ditodong dengan komentar “cie, biar doi tau lo jago moto ya?”. Buat yang suka nulis blog, bersiaplah dengan hujatan “ini pasti isi hati lo yang terdalam ya.” #halah #apaanseh. Buat yang suka ngegambar, bersiaplah dengan pertanyaan “sosok di gambar lo tuh doi ya?”

Ekspresimu ketika semua karyamu dibilang curhat

Ingin rasanya kamu menjedotkan diri ke tembok lalu menyanyikan sepotong lirik “Tentang Kamu karya BCL sambil memutari tiang. Lagian, sedikit-dikit dikaitkan dengan doi, sedikit-dikit dituduh curhat. Duh, kan ga semua bagian hidupmu berkait dengan doi!


Lah, kok lo bisa melulu sih pas diajak? Pasti jomblo ya?  

Sebagai manusia normal nan waras, kamu pasti merasa senang nan bersyukur ketika temanmu bersedia memenuhi ajakanmu *ya mau ajakan nonton kek, makan kek, jalan kek, apa kek*. Uniknya, pertanyaan “Kok lo bisa melulu sih kalo diajak? Pasti lo jomblo ya?” malah keluar dari bibir temanmu ketika kamu ga keberatan menemaninya pas weekend.

Diam-diam kamu ingin memberikan jurus tendangan ala Captain Tsubasa kepada temanmu. Lah, orang kok bukannya bersyukur yak punya teman yang berbaik hati meluangkan waktu untuknya, eh malah ngedekkin status temannya yang masih single #dikasihhatimintajantung.

Nemenin salah. Ga nemenin juga salah

Yang bikin tambah jengkel, pertanyaan “lo ngambek ya karena sering gue ledekkin?” timbul ketika kamu tak bisa menemaninya. Duh, ditemenin salah, ga ditemenin dituduh ngambek. Ingin rasanya kamu berteriak “Salahin aja gue terus weeeh. Salahin aja!”.




Jadi gimana dong, ga salah kan kalau kamu jadi pengen mengubah status “single”-mu menjadi “in a relationship”? Eits, tunggu dulu, yakin mau buru-buru jadian ama gebetan cuman karena kelakuan usil teman kantormu?

Quotes yang bikin kamu berpikir ratusan kali sebelum mengatakan “ya” sama gebetan

Ga sengaja menemukan quotes di atas pas membuang-buang waktu scrolling Instagram, awalnya kamu cuman berpikir “Ah elah, parenting partner apaan dah. Ngurus diri sendiri aja masih belum becus. Mandi aja cuman 1x pas weekend”. #hehehe

Tapi pas kamu baca kalimatnya berulangkali #kurangkerjaan, kok rasanya kamu justru ga mau terburu-buru menganggukkan kepala ketika doi menyatakan perasaannya.  

Ekspresimu sesudah membaca quotes tersebut berulangkali

Mikirin soal “parenting partner” dan “someone who will deeply influence your children” mungkin masih terasa jauh. Namun rasanya tak sulit membayangkan bagian “your eating companion for about 20.000 meals” atau “someone whose day you’ll hear about 18.000 times”.

Finding someone who look at you like this is not an easy job to be done 

Being in a relationship means giving some parts of your life to other person.
Meluangkan waktu, memberikan energi, dan menyesuaikan satu sama lain.

Jadi, sayang bangetlah (rasanya) kalau kamu jadi pengen buru-buru jadian cuman karena keisengan temanmu semata. Santai aja kalau lagi diledekkin. Masuk kuping kiri, keluar kuping kanan, dan jangan sampai mampir ke hati. Plus anggap saja ini cobaan hidup level satu sebelum kamu memasuki cobaan hidup lainnya. #wkwwk



Selamat menemukan dan ditemukan di tempat dan waktu yang tepat





With love,
Bells


1 komentar:

  1. Untung lu nemu quote terakhir itu yak, jadi agak sadar lah lu 😂😂

    BalasHapus