Selasa, 09 Juli 2019

Sabtu Pagi

Note :
Sebelum membaca blog ini, coba deh sempetin dengerin lagu Walk with Me yang dinyanyiin sama Bella Thorne. Biar lebih menghayati gitu baca blog-nya.  Hehehe  #aseek #banyakmau


But I have walked alone with the stars in the moonlit night
I have walked alone, no one by my side
Now I walk with you with my head held high
In the darkest sky, I feel so alive

~~Walk with Me by Bella Thorne~~

06.00 am
Mataku spontan mengerjap tatkala lagu “Walk with Me” mengalun pelan melalui ponselku yang tergeletak asal-asalan di pinggir tempat tidur. Untuk beberapa saat, suara Bella Thorne berpadu dengan suara jarum jam yang memenuhi seisi kamar.

Sambil menggerutu pelan, kumatikan alarm yang teledor kusetel semalam. Seharusnya tak ada bunyi alarm di Sabtu pagi.

Sabtu datang terlalu cepat. Terlalu dini untuk kunikmati sekali lagi.

Tenggelam dalam pekerjaan yang menyita perhatian membuat kemampuanku menghitung waktu lenyap. Memperhatikan pergeseran harga komoditas yang dijual perusahaanku rupaya mampu membuat dunia bergerak lebih cepat dari dugaanku.


07.00 am
Sekali lagi lagu “Walk with Me” menyadarkanku dari tidur yang terlalu lelap.

Hhhh, kenapa alarmku harus terus menganggu tidur nyenyakku.

Dilema mulai memenuhi benakku. Di satu sisi, wishlist-ku untuk bangun lebih pagi di hari Sabtu ingin kutuntaskan. Di sisi lain, tawaran untuk memejamkan mata sejenak lebih menggoda iman.

Ahh, rasa-rasanya aku layak mendapatkan lelap yang sedikit lebih panjang. Bukankah semua lelahku menatap layar laptop dari Senin hingga Jumat patut diganjar dengan sesuatu yang menyenangkan? 

08.00 am
Sambil menguap pelan, kesadaranku mulai berkumpul, mengusir kantuk yang masih saja menggelayuti kelopak mataku.

Getaran halus dari smartphone-ku memaksaku untuk bergerak meraihnya.

Tanpa membukanya terlebih dahulu, sebenarnya aku sudah bisa menebak apa isinya. Apalagi kalau bukan puluhan chat yang memintaku untuk mengecek email, memastikan kesesuaian antara harga yang tertera di sistem dengan harga yang tercetak di lapangan, sekaligus melakukan revisi harga agar proses penjualanan dapat segera dieksekusi.

Sambil menahan kantuk, kuraih laptop yang telah menungguku.

Aku menghela nafas pelan. Memastikan bahwa aku telah sadar seutuhnya. Berhubungan dengan banyak angka di Sabtu pagi memerlukan konsentrasi penuh. Tak ingin menambah hiruk pikuk di akhir pekan, aku ingin memastikan bahwa semua angka yang kuhitung adalah benar adanya.


But I have walked alone with the stars in the moonlit night
I have walked alone, no one by my side 
10.00 am
Mematikan laptop bisa jadi pertanda dimulainya weekend untukku.

Semua pesan singkat melalui aplikasi chatting berlambang hijau telah selesai kubalas. Kupastikan tak ada satupun pertanyaan menggantung.

Karena aku tahu betul rasanya punya pertanyaan yang tak terjawab.

Karena aku tahu betul rasanya berjalan sendirian menuntaskan persoalan demi persoalan yang katanya akrab dengan dunia orang dewasa.

Karena aku tahu betul rasanya bertahan tanpa punya seseorang yang layak dijadikan sebagai tempat bersandar kala beban pekerjaan menggelayuti pundakku.

Karena aku tahu betul rasanya bertanya-tanya mengapa seseorang datang dan pergi tanpa penjelasan.
Karena aku tahu betul rasanya tersindir setiap alarmku berdering dan mengucapkan kalimat “But I have walked alone with the stars in the moonlit night. I have walked alone. No one by my sight”.

Ahh, sial, sepertinya PMS mengacaukan mood-ku secara berkala.

Hhh, kenapa aku jadi overthinking seperti ini.

Bukankan aku sudah terlalu terbiasa menyelesaikan semuanya sendiri? Bukankah aku selalu merasa insecure ketika harus bergantung dengan orang lain?



06.00 am di pagi yang lain
Sial, kenapa aku selalu lupa mematikan alarm di Sabtu pagi?!

Aku menarik nafas pelan. Dapat kurasakan sebagian ototku yang tegang semalam telah mengendur dengan sendirinya.

Aku benci mengakui ini. Namun, di saat menghadapi pekerjaan yang terus memburuku sekaligus menuntutku untuk tak sedikit pun berbuat kesalahan, aku merasa lelah-selelahnya. 

Saking lelahnya, aku bahkan tertidur dengan posisi menelungkup, menghadap layar laptop yang gelap karena kehabisan baterai. Lembaran kertas kerja berserakan membentuk pola tak beraturan di atas tempat tidurku.

Sebaiknya aku mulai darimana ya?

07.00 am (masih) di pagi yang lain
Getaran halus dari smartphone membangkitkan kesadaranku.

Entah perasaanku saja atau memang kenyataan, rasanya kok semakin pagi saja kolegaku menghubungiku untuk menunaikan tugas rutin di Sabtu pagi.

Kembali kunyalakan laptop yang baru beristirahat beberapa jam lalu. Sebentar saja, jemariku sibuk menarik di atas keyboard.

Aku terlalu fokus memperhatikan deretan angka demi angka yang muncul di layar laptop sampai sebaris pesan singkat di layar smartphone menarik perhatianku.

Are u ok? Klo gw bikin bete sori y, tp klo something happened, crita2 y. Jgn sedih sendiri.

Sebuah senyum simpul terukir di bibirku. Senyum yang sama, yang selalu hadir di wajahku setiap kali mendapatkan pesan singkat darinya, yang selalu muncul tatkala aku memandang jauh ke dalam matanya, yang selalu terukir setiap kali kusadari bahwa ia nyata di hidupku.

Cukup sebaris kalimat sederhana darinya mampu memberi makna lebih pada Sabtu pagiku.

Now I walk with you with my head held high
In the darkest sky, I feel so alive

08.00 am (masih) di pagi yang lain
Usai menyelesaikan pekerjaanku, aku kembali menekuri sebaris pesan singkat itu.

Rupanya kemarin aku terlelap di depan laptop sebelum sempat mengetikkan pesan balasan untuknya. Pantas saja ia bertanya “are u ok?”.

Ahh, ini memang terdengar menjijikkan. Percayalah, kadang aku pun merasa geli dengan tingkah lakuku akhir-akhir ini. Namun, sulit rasanya untuk tidak merasa senang setiap kali membaca sebaris pesan singkat darinya.

Aku bahkan terlalu senang membaca kalimat “jangan sedih sendiri” darinya. Rasanya sudah cukup lama semenjak seseorang memintaku untuk membagi ceritaku dengannya. Rasanya sudah cukup lama semenjak seseorang memintaku untuk tidak bersedih sendiri.




Sekali lagi kupandangi pesan singkat dari sosok yang baru kukenal dalam waktu singkat.

Pesan singkat yang mampu membuatku tak merasa sendiri lagi.

Pesan singkat yang membuat lirik “Now I walk with you with my head held high. In the darkest sky, I feel so alive” dari dering alarmku mempunya makna lebih. 



Note :
Habis baca blog ini, pasti ada aja yang nanya “ini pengalaman pribadi ya?”. Hehehe. Ga kok. Ini bukan pengalaman pribadi. Ini cuman fiksi semata.


Anyway, thank you for reading this blog. Jangan lupa komen di bawah ya (percayalah, rasanya garing banget nulis lagi setelah 3 bulan absen :( Huhu)





Another note : Thank you for being here. Life wouldn’t be this fun without you and your so-called-receh-jokes.  :)



With love,
Bells



Sabtu, 16 Maret 2019

5 kelakuan teman kantor yang bikin kamu ingin segera menyandang status “IN-A-RELATIONSHIP”


Kenapa jomblo selalu jadi bahan hinaan weh

Mendengar curhatan temanmu yang sedang menyandang status “in a relationship” seringkali membuatmu merasa bersyukur atas status jomblo “single”-mu. 

Waktu weekend menjadi hak prerogatifmu seorang karena kamu ga perlu menyesuaikan dengan doi *gimana coba kalo doi hobinya lari keliling GBK sementara kamu sukanya cuman lari dari kenyataan :P*. Tak ada pula drama kata “terserah kamu deh” yang mengharuskanmu berpikir keras untuk menebak kemauan si doi.

Intinya, kamu merasa hidupmu tuh fine-fine-aja alias no problemo sama sekali. Sejujurnya, kamu juga ga merasa jiwamu cuman ada sebelah karena kamu belum menemukan belahan jiwa. #apaansih

Hiks, ga semua jomblo gini juga keles

Lalu, entah siapa yang memulainya, mendadak kamu menjadi bahan ledekan di kantor karena belum ada yang menjemputmu pas kamu lembur. Tanpa kamu sadari, pertanyaan seperti “kapan punya pacar?” mulai mengisi lembar kehidupanmu.


Bodo amat. Bodo amat. Bodo amat.

Pasti ada aja nih netijen yang komen “Ya udah sih, ga usah dipikirin. Susah amat.” Asal tahu aja, ada 8 jam sehari yang kamu habiskan di kantor bersama dengan mulut usil teman-teman kantormu. Ya gimana ga kepikiran coba. :”) #garukgaruktembok

Jadi apa aja sih tindak-tanduk teman kantor yang bikin kamu kepikiran untuk memiliki seseorang yang mengucapkan good morning setiap hari?

Ini dia 5 kelakuan teman kantor yang bikin kamu ingin segera menyandang status “in-a-relationship”.


Eh, ada anak baru loh di divisi X. Lo ga mau sama dia aja?

Melihat bentukan makhluk yang dinamakan “anak-baru-divisi-X” saja belum pernah, tapi kamu sudah menjadi sasaran empuk untuk dijodohkan dengannya. Bahkan sebenarnya kamu ga tahu sama sekali dan ga mau tahu juga sih mengenai eksistensi si-anak-baru jika mulut usil temanmu tak mulai menganggumu.

Ga hanya keberadaan si-anak-baru, pertanyaan “lo ga mau sama dia aja?” juga berlaku ketika salah satu teman sekantormu putus dengan pacarnya. Putusnya juga baru seminggu, tapi kamu sudah mendengar pertanyaan tersebut semenjak gonjang-ganjing akan berakhirnya hubungan mereka.  
Berlari melewati teman-temanmu yang hobinya menjodohkanmu dengan sembarang orang

Selanjutnya, yang bisa kamu lakukan cuman bisa menarik napas dan godek-godek kepala menyaksikan kelakuan teman kantormu. Sambil diam-diam berdoa supaya mereka tak semakin liar-nan-agresif dalam menjodohkanmu yang sebenarnya juga ga butuh dijodohin.
           

Kok lo perhatian banget sih sama dia? Buktinya, lo kasih kado pas dia ulangtahun.

Mendengar pertanyaan tersebut pasti sukses membuat keningmu berkerut bingung. Bukannya wajar ya memberikan kado dan kartu ucapan ketika seseorang berulangtahun? Malah aneh ga sih jika kamu memberikan surprise ketika tak ada satu pun momen spesial?

Yang semakin membuatmu tak habis pikir, kado yang diberikan kepada empunya-yang-berulangtahun pun merupakan hasil patungan satu divisi. Plus kartu ucapan itu dibuat atas inisiatif teman-temanmu yang kemudian memaksamu untuk berkreasi sekreatif mungkin. *sudah berkorban, dituduh modus pula*

Jurus kamekameha untuk teman yang hobinya menjatuhkan tuduhan imajinatif

Kamekameha versi imut

Diam-diam, ingin rasanya kamu mengeluarkan jurus kame-kameha ala dragonball supaya teman-temanmu segera insyaf dan kembali ke jalan yang benar. Huhuhu.


Cie, cie, kasih kode ke siapa nih?

Untuk mengusir rasa jenuh ketika mengerjakan tugas kantor yang tak mengenal kata selesai, mendengarkan lagu via Spotify menjadi andalanmu. Tanpa sadar, bibirmu mulai bersenandung mengikuti lirik lagu Untitled ala Maliq & D’Essentials. *yang fans-nya Maliq juga mana suaranya? #aseeek

Masalah timbul ketika teman sedivisimu mendengarnya dan bertanya “cie, itu lagu buat siapa sih?” #autosebal. Apalagi jika desibel suara temanmu cukup untuk didengarkan oleh satu ruangan berkapasitas puluhan orang. Belum lagi jika temanmu hobi mengkaitkan lirik lagu tersebut dengan orang yang udah dicie-cie-in denganmu sejak fosil dinosaurus mulai ditemukan. #lebay

Ingin rasanya kamu berteriak “sumpah, gue ga kasih kode ke siapa-siapa”

Ingin rasanya kamu menyumpal mulutnya dengan risol sambil berteriak “Suara lo bisa pelanan dikit ga sih? Jarak kita kan ga nyampe 1 meter, geblek! Terus nanti semua orang mikir gue lagi kodein doi woy!”. Duh!


Karyamu = Pengalaman Pribadimu = Curhatanmu

Usai berkutat dengan urusan kantor selama (minimal) 5x8 jam seminggu, meluangkan waktu untuk hobimu menjadi kesenangan tersendiri. Ga heran, kamu semakin tekun nan konsisten dalam melakukan hobimu. Ya hitung-hitung kan jadi punya karya lain di luar dunia kerja.

Yang bikin kamu gigit jari adalah ketika semua karyamu selalu dikaitkan dengan doi. Buat yang suka motret dan posting hasilnya di Instagram, bersiaplah ditodong dengan komentar “cie, biar doi tau lo jago moto ya?”. Buat yang suka nulis blog, bersiaplah dengan hujatan “ini pasti isi hati lo yang terdalam ya.” #halah #apaanseh. Buat yang suka ngegambar, bersiaplah dengan pertanyaan “sosok di gambar lo tuh doi ya?”

Ekspresimu ketika semua karyamu dibilang curhat

Ingin rasanya kamu menjedotkan diri ke tembok lalu menyanyikan sepotong lirik “Tentang Kamu karya BCL sambil memutari tiang. Lagian, sedikit-dikit dikaitkan dengan doi, sedikit-dikit dituduh curhat. Duh, kan ga semua bagian hidupmu berkait dengan doi!


Lah, kok lo bisa melulu sih pas diajak? Pasti jomblo ya?  

Sebagai manusia normal nan waras, kamu pasti merasa senang nan bersyukur ketika temanmu bersedia memenuhi ajakanmu *ya mau ajakan nonton kek, makan kek, jalan kek, apa kek*. Uniknya, pertanyaan “Kok lo bisa melulu sih kalo diajak? Pasti lo jomblo ya?” malah keluar dari bibir temanmu ketika kamu ga keberatan menemaninya pas weekend.

Diam-diam kamu ingin memberikan jurus tendangan ala Captain Tsubasa kepada temanmu. Lah, orang kok bukannya bersyukur yak punya teman yang berbaik hati meluangkan waktu untuknya, eh malah ngedekkin status temannya yang masih single #dikasihhatimintajantung.

Nemenin salah. Ga nemenin juga salah

Yang bikin tambah jengkel, pertanyaan “lo ngambek ya karena sering gue ledekkin?” timbul ketika kamu tak bisa menemaninya. Duh, ditemenin salah, ga ditemenin dituduh ngambek. Ingin rasanya kamu berteriak “Salahin aja gue terus weeeh. Salahin aja!”.




Jadi gimana dong, ga salah kan kalau kamu jadi pengen mengubah status “single”-mu menjadi “in a relationship”? Eits, tunggu dulu, yakin mau buru-buru jadian ama gebetan cuman karena kelakuan usil teman kantormu?

Quotes yang bikin kamu berpikir ratusan kali sebelum mengatakan “ya” sama gebetan

Ga sengaja menemukan quotes di atas pas membuang-buang waktu scrolling Instagram, awalnya kamu cuman berpikir “Ah elah, parenting partner apaan dah. Ngurus diri sendiri aja masih belum becus. Mandi aja cuman 1x pas weekend”. #hehehe

Tapi pas kamu baca kalimatnya berulangkali #kurangkerjaan, kok rasanya kamu justru ga mau terburu-buru menganggukkan kepala ketika doi menyatakan perasaannya.  

Ekspresimu sesudah membaca quotes tersebut berulangkali

Mikirin soal “parenting partner” dan “someone who will deeply influence your children” mungkin masih terasa jauh. Namun rasanya tak sulit membayangkan bagian “your eating companion for about 20.000 meals” atau “someone whose day you’ll hear about 18.000 times”.

Finding someone who look at you like this is not an easy job to be done 

Being in a relationship means giving some parts of your life to other person.
Meluangkan waktu, memberikan energi, dan menyesuaikan satu sama lain.

Jadi, sayang bangetlah (rasanya) kalau kamu jadi pengen buru-buru jadian cuman karena keisengan temanmu semata. Santai aja kalau lagi diledekkin. Masuk kuping kiri, keluar kuping kanan, dan jangan sampai mampir ke hati. Plus anggap saja ini cobaan hidup level satu sebelum kamu memasuki cobaan hidup lainnya. #wkwwk



Selamat menemukan dan ditemukan di tempat dan waktu yang tepat





With love,
Bells


Rabu, 06 Maret 2019

5 Nasihat Hidup yang Kamu Dapatkan Ketika Kamu Nonton Dilan 1991 Bersama Temanmu yang Suka Nyinyir


Cover film Dilan 1991 yang kamu tunggu-tunggu sejak lama

Jangan rindu. Berat. Kamu ga akan kuat. Biar aku saja.

Sebaris kalimat di atas tentu tak asing untuk kamu penggemar berat nan fanatik film Dilan 1990. Walaupun setahun sudah berlalu semenjak film tersebut berhasil dinobatkan sebagai film terlaris 2018, gombalan gemas-gemas-manja ala Dilan masih saja terngiang di telingamu.

Aseek, akhirnya film Dilan tayang juga

Tak heran, kamu langsung merasa excited ketika akhirnya film Dilan 1991 ditayangkan di bioskop mulai 28 Februari 2019. Bagaimana tidak, menyaksikan kelanjutan kisah lugu nan lucu ala Dilan dan Milea dalam bentuk visual merupakan hal yang kamu tunggu-tunggu usai menghabiskan buku novel karya Pidi Baiq tersebut.

Mencari kandidat yang pas untuk diajak nonton film yang berhasil meraup 800 ribu penonton pada saat tayang perdana tersebut tentu bukan perkara mudah. Mengajak papa mama bukan pilihan yang asik. Mengajak pacar .. eh baru inget kalo ga punya hehehe jelas tak masuk daftar pilihanmu mengingat doi langsung mendelik geli setiap mendengar gombalan Dilan.


Ekspresi senangmu ketika sahabatmu berbaik hati menemanimu menonton Dilan

Bersyukurlah karena sahabatmu dengan sukarela dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan apapun bersedia menemanimu menonton di bioskop. Tapi eh tapi, kamu harus bersiap mental mendengarkan komentar pedas plus ekspresi “ih, kok begitu amat sih” sepanjang 121 menit pemutaran film.

Ini dia 5 nasihat hidup yang bisa kamu dapatkan secara cuma-cuma ketika kamu nonton Dilan 1991 bersama temanmu yang suka nyinyir.


Itu air mata atau air terjun? Kok ngalirnya ga berhenti-henti?
Ketika Milea menangis di pundak Bunda
(via screenshot trailer Dilan 1991)

Jika film Dilan 1990 berfokus pada manisnya masa-masa PDKT dua sejoli itu, film Dilan 1991 lebih menonjolkan konflik tak berkesudahan dalam hubungan Dilan dan Milea yang tak berjalan mulus. Bukan hal yang asing menyaksikan Milea menitikkan air mata dari awal pacaran, putus-sambung-tanpa-kejelasan, hingga akhirnya 100% putus.

Kejengkelan temanmu ketika Milea kerapkali merespon masalah dengan tangisan

Sebagai orang yang mudah terenyuh, kamu refleks merasa bersimpati. Namun, temanmu yang nyinyir tak pelak merasa jengkel karena Milea menghadapi setiap masalah dengan tangisan. Dengan tegas, ia langsung menasihatimu “Haduh, jadi orang jangan manja kenapa. Itu masalah diselesaikan. Bukan ditangisin. Banyak masalah lain yang lebih berat nantinya dibandingkan cinta-cintaan doang.”


Ini sebenarnya dia beneran udah siap putus apa engga sih? Kok tarik ulur melulu.
Ancaman putus pertama yang dilontarkan Milea kepada Dilan
(via screenshot trailer Dilan 1991)

Namanya aja pacaran. Pasti ada naik turunnya kan. Ada kalanya Milea senang berbunga-bunga karena Dilan obral mengucapkan berbagai jurus gombalannya. Ada saatnya ia merasa sedih ketika Dilan dikeluarkan dari sekolah atau ikut tawuran geng motor. Wajar kok.

Yang ga wajar adalah ketika Milea terus-terusan mengancam akan menyudahi hubungannya setiap kali Dilan bergabung dengan geng motornya. Lalu sesudah tarik ulur putus-nyambung-putus-nyambung, ujung-ujungnya Milea yang nangis sesenggukan pas akhirnya Dilan menganggap hubungan mereka sudah berakhir. DUH!

Ngapain sih nih orang ngancem putus melulu, tapi nangis pas putus beneran?

Ga heran, temanmu yang nyinyir berucap “Ini orang ga konsisten amat ya. Dia yang ngancem putus. Dia yang minta balikan lagi. Dia yang ngancem lagi. Ga usah sok-sok-an dah ngancem putus kalo memang belum siap”. Lagian ngapain juga sih balikan ama mantan. Balikan sama mantan itu kayak nonton film yang sama sebanyak 2x. Sudah tau juga kan akan berakhir seperti apa.


Buat apa pacaran kalo bahagianya cuman di awal terus sisanya diisi dengan keruwetan tanpa batas?
Keterlibatan Dilan di geng motor yang seringkali membuat Milea bingung-bingung-manja
(via screenshot trailer Dilan 1991)

Di film Dilan 1991, senyum manis dan ekspresi tersipu malu khas Milea hanya bisa kamu saksikan di awal cerita. Sisanya? Ekspresi kesal, bingung, dan menangis mendominasi wajah tokoh utama tersebut sepanjang cerita. Penyebabnya utama tak lain ialah keterlibatan Dilan dengan geng motor.

Kejengkelan temanmu menyaksikan hubungan Dilan dan Milea yang complicated

Baru saja kamu merasa kasihan dengan kisah yang dialami Milea, bibir pedas temanmu langsung nyerocos “Kalau gue jadi Milea, ga bakal gue ngejalanin hubungan kayak gitu. Ngapain sih jadian sama orang  yang bikin lo nangis terus? Mendingan udahan aja deh biar ga drama.” Dan kamu cuman bisa terpana mendengar celotehan temenmu yang banyak benarnya.


Hidup ga melulu soal kamu, doi, dan cinta
Ketika pacaran dan dunia serasa milik berdua
(via screenshot trailer Dilan 1991)

Tatapan kosong Milea yang sedang memikirkan Dilan yang lagi-lagi-sibuk-dengan-geng-motornya bukan hal yang asing. Sementara teman-temannya asik mengobrol, Milea malah bengong-bengong-bingung. Ketika teman-temannya sibuk menikmati porseni, Milea cuman berharap “coba ada Dilan di sini”.

Ekspresi gemas temanmu ketika Milea terus-terusan memikirkan Dilan sementara hidup berjalan terus

Diam-diam, kamu merasa senasib sepenanggungan perlu menolong Milea keluar dalam dunianya dengan Dilan. Belum sempat kamu mengungkapkan komentarmu, temanmu yang nyinyirnya ga ketulungan duluan mengambil sikap “Nih orang ga ada dunia lain apa ya selain Dilan, cinta, dan pacaran. Hidup tuh bukan cuman tentang cinta weh. Makanya, pas pacaran jangan nempel melulu sampai ga punya kehidupan lain. Jadinya dramatis banget kan pas putus”.


Kalau mereka aja ga bisa menjaga dirinya sendiri, bagaimana mungkin mereka mau menjagamu?
Mau langsung atau jangan?  *cuman yang udah nonton yang ngerti :P*

Selain suka ngegombalin Milea, Dilan rupanya juga punya hobi bikin anak orang menangis-bengong-galau *Gitu aja terus sampai jarak Sunter-Bintaro jadi dekat*. Quotes “kamu bisa berubah untuk orang yang kamu cintai” tampaknya tak berlaku buat Dilan. Setelah Akew meninggal, bukannya insaf, ia malah merencanakan aksi balas dendam.

Kekesalan temanmu melihat manusia yang bilangnya sayang banget sama pacarnya, tapi kelakukuannya bikin ngelus dada

Seandainya kamu jadi Milea, mungkin kamu akan berusaha lebih keras sampai cowok itu sadar bahwa hal yang dilakukannya itu berbahaya pake banget. Cuman, temanmu yang ngakunya selalu mengutamakan logika segera berujar “Lo jangan sampai ya pacaran sama orang yang manisnya cuman di bibir. Tapi tindak tanduknya selalu bikin lo resah. Gimana dia mau jagain lo ya kalo dia aja ga bisa menjaga dirinya sendiri?!”. Dan kamu cuman bisa menelan ludah karena ucapan temanmu lagi-lagi benar.




Ekspresimu sesudah menonton film Dilan 1991

Ekspresi temanmu sesudah menonton film Dilan 1991

Jadi gimana nih, buat kamu yang punya pacar, yakin masih mau menobatkan hubungan Dilan dan Milea dengan hashtag #relationshipgoals?

Buat kamu yang lagi di masa PDKT, yakin masih mau membandingkan gebetanmu yang super cuek tapi kelakuannya ga bikin kamu khawatir dengan Dilan yang sangat perhatian nan romantis tapi suka bikin Milea resah?

Buat kamu yang masih jomblo, yakin masih mau berandai-andaikan kisah cintanya seperti hubungan Milea dan Dilan yang kesannya so sweet tapi sebenarnya complicated?


Kalau kata pepatah sih “Love is not about how much you say I LOVE YOU but how much you can prove that it’s true”. Artinya? Mencintai itu bukan tentang seberapa banyak kata-kata manis yang diucapkan, melainkan tentang seberapa jauh tindakan dan effort yang diberikan untuk relationship itu sendiri.


Kalau memang sayang, kamu bisa kok berubah untuk orang yang kamu cintai. Asalkan perubahan itu memang dari hal negatif nan membahayakan seperti ugal-ugalan bersama geng motor ke kegiatan positif yang membangun jasmani dan rohani #aseeek #halah.





With love,
Milea  Bells