Setelah menganggur
sekian lama…
Bekerja di
perusahaan mapan dengan gaji yang mendukung untuk menikmati secangkir
starbucks setiap hari bisa jadi permintaan yang didoakan secara khusuk oleh
para penyandang gelar sarjana. Maklumlah, IG stories teman sepergaulan yang menampilkan desain kantor yang instagramable menjadi kiblat kesuksesan.
Belum lagi foto demi foto di kafe gaul terkini yang cuman akan jadi angan jika
gaji sekadar numpang lewat di ATM.
Eits, saking fokusnya dengan hal tadi, kamu jadi lupa mendoakan
hal lain yang tak kalah penting untuk menjamin kebahagiaanmu di masa depan.
Apalagi kalo bukan atasan yang suportif nan pengertian.
Sadar atau engga,
gaji hanya menemuimu sebulan sekali. Rekan kerja yang seru cuman nongol pas jam
istirahat. Tapi kamu menghirup udara yang sama dengan atasanmu minimal 8 jam
per hari (alias 1/3 hari). UPS! Jadi kebayang dong seberapa banyak bagian
hidupmu yang akan kamu lalui bersamanya. :”)
Jadi tipe atasan seperti apa sih yang bakal bikin hidupmu
jungkir balik? Ini dia 5 tingkah atasan yang Bikin Kamu Ingin Mendekatkan Diri
dengan Yang Maha Esa.
Segini doang?
Sayang ekspresi ini cuman bisa ditunjukkan di dalam hati
Waktu belum juga
menunjukkan pukul 9 pagi, tapi matamu sudah mengerjap-ngerjap karena menahan
kantuk. Apalagi kalau bukan karena begadang semalam suntuk demi mengerjakan
tugas yang baru diberikan lima menit sebelum jam kantor usai.
Capek? Iya. Kesal?
Apalagi. Namun semua kerja kerasmu seperti tak ada artinya ketika atasanmu
dengan santainya bertanya “segini doang”? *brb nangis darah*.
Padahal, pekerjaan “segini doang” itu bisa selesai tepat waktu
karena kamu mengerjakannya secepat pelari maraton. Ingin rasanya
mulutmu berkicau, tapi kemudian kamu teringat rengekan saldo di ATM. Ya ampun Tuhan, dosa apa yang kamu perbuat sehingga pantas
menerima kalimat macam itu? Diam-diam, kamu mulai rajin berdoa supaya tak perlu
menghadapi cobaan macam ini setiap hari.
Respon unik bin ajaib
Jauhkanlah hambamu ini dari cobaan
Punya atasan yang
“kreatif” dalam berkomunikasi memang sukses membuat duniamu jungkir balik. Baru
saja kamu merespon ucapan si atasan yang mahatahu ini, eh, kamu sudah
diserang dengan respon tak terduga *bayangkan adegan dimana dragonball diserang
oleh musuhnya lalu jatuh terkapar di tanah*
Kira-kira begini
format percakapan kalian sehari-hari.
Atasan : Tolong kerjakan tugas A ya.
Bawahan : Iya, Pak.
Atasan : Jangan iya-in saya, …
(masukkan namamu di sini)
Bawahan : *melongo bingung* *berusaha mencari
respon yang tepat*
Dari sudut pandang
si bos, mungkin maksudnya ialah mewanti-wanti supaya kamu mengerjakan tugas itu
dengan sepenuh hati plus segenap jiwa dan bukan sekadar mengiyakan. Tapi dari sudut
pandangmu, YA GUE HARUS RESPON APALAGI KALAU BUKAN DENGAN KATA IYA?!?! Masa kamu cuman diam
dengan pandangan lurus yang tak lepas dari layar laptop.
Aneh kan kalau
percakapan yang terjadi seperti ini :
Atasan : Tolong kerjakan tugas A ya.
Bawahan : *diam* *malas bilang iya*
Atasan : *diam* *menunggu bawahan
merespon*
Bawahan : *kekeuh untuk tetap diam daripada
disahutin “jangan iya-in saya doang”.
Semakin sering hal
ini terjadi, semakin meningkat pula intensitasmu untuk berdoa supaya diberi
kemampuan lebih untuk menghadapi respon si bos yang unik bin ajaib.
Bahasa kalbu yang belum
sempat kamu pelajari
Ketika kamu bingung dengan si atasan yang tak kunjung merespon
Sebagai lulusan
sarjana dari salah satu universitas di bumi, kamu tak pernah mengikuti mata
kuliah bahasa kalbu. Layaknya manusia pada umumnya, bahasa Indonesia menjadi
modal percakapanmu sehari-hari.
Tak heran, kamu
menjadi bingung ketika atasanmu cuman diam saat kamu berbicara dengannya.
Kira-kira begini percakapan yang terjadi.
Bawahan : Pak, saya sudah kirim email yang Bapak
minta ya.
Atasan : *diam* *tak bergeming*
Bawahan : Saya barusan kirim ya, Pak *masih
mencoba berbahasa manusia*
Atasan : *khusuk memandang laptop*
Bawahan : *mulai berniat untuk berjoget-joget di
depan mukanya*
Ingin rasanya kamu melambai-lambaikan tangan di depan mukanya
sambil berteriak “Pak, ini aku ngomong loh!”. Sayangnya, hal itu cuman angan-angan semata. Yang bisa kamu lakukan cuman berdoa sambil bertekad untuk lebih
banyak berbuat baik supaya tak perlu menghabiskan hidup lebih lama dengannya.
Aturan nomor satu, bos tak pernah salah.
Ketika si bos mulai menceramahimu dengan panjang kali lebar
Memeriksa pekerjaan
sebelum diberikan kepada atasan adalah undang-undang yang wajib ditaati. Masalahnya, si bos yang mahabenar
selalu bisa mencari-cari menemukan hal-hal yang kurang sempurna di
matanya.
Mulai deh, nasihat
seperti “makanya cek dulu sebelum email-nya dikirim” atau “seharusnya kamu
sudah mengerti ini dong” mulai meluncur dari bibirnya. Padahal kamu sudah
meminta maaf atas pekerjaanmu yang tak memenuhi “standar” si bos.
Salah itu wajaaaar keles
Namanya juga
manusia, pasti ada kalanya jatuh dalam kesalahan dong. Ketika atasanmu
melakukan kesalahan yang sama denganmu, mulai deh ia bersikap seperti tidak
terjadi apa-apa. Boro-boro mengakui kesalahannya, si atasan perlahan-lahan
mengalihan topik dengan cara memberimu setumpuk pekerjaan supaya kamu segera
amnesia terhadap kesalahan yang dibuatnya.
Jujur saja, kalimat
“makanya cek dulu sebelum email-nya dikirim” sudah berada di ujung lidahmu kan.
Ingin rasanya kamu menasihati atasanmu persis seperti cara ia menyalahkanmu
memberimu wejangan.
Untungnya, kamu
segera mengingat kastamu di perusahaan sebelum kalimat-kalimat tak sedap
meluncur dari bibirmu. Ya apalagi yang bisa kamu lakukan selain mendoakan supaya gengsi
atasanmu dikurangi atau kesabaranmu ditambahkan. *sujud sembah*
Tak ada kosakata “tolong
dan terimakasih” dalam kamus si bos
Rupanya kata tolong itu mahal harganya
Namanya saja menjadi
bawahan, kamu pasti sadar betul bahwa perintah si bos adalah makanan sehari-hari.
Disuruh menyiapkan data A-Z, mencatat hasil rapat, dan menyelesaikan berbagai
perintilan lainnya merupakan hal yang biasa.
Masalahnya nih, cara ngomong si bos yang sengak nan sok tahu
selalu bikin kamu mengidap darah tinggi mendadak. Boro-boro menggunakan
kata tolong di awal kalimat, cara si bos memberi perintah selalu membuatmu
merasa menjadi manusia dengan kasta paling rendah di bumi *lebay*. Ga heran
kamu mulai berpikir, perasaan gue minta tolong kepada si bibik di rumah aja
lebih sopan dibandingkan cara si bos ngomong.
Yaps, ini hanya imajinasi semata
Ga cuman itu, kata
terima kasih seolah menjadi kosakata langka yang tak ada dalam kamus si bos. Mau tugas itu sudah kamu kerjakan sampai mendaki gunung
melewati lembah weekend berlalu
begitu saja, wajah atasanmu tetap datar. Tak ada sedikitpun mimik ataupun gestur tubuhnya yang menunjukkan
gejala bahwa ia menghargai pekerjaan tersebut.
Dalam hati, kamu pun
bertanya-tanya, kesalahan apa yang kamu lakukan dalam hidupmu sampai harus
bertemu dengan atasanmu. Diam-diam, kamu
bertekad untuk lebih rajin berdoa dan beramal kepada mereka yang membutuhkan
supaya hidupmu segera dijauhkan dengan atasan macam itu.
Jadi, ada ga sih tingkah unik atasanmu yang bikin hidupmu terasa
lebih “berwarna” dan “meriah”? Komen dong di kolom bawah. Siapa tau bisa jadi
penyemangat teman-teman sekasta bahwa ia tak sendirian menghadapi hal unik bin
ajaib. :P
With love,
Bells
Tidak ada komentar:
Posting Komentar