Kenapa jomblo selalu
jadi bahan hinaan weh
Mendengar curhatan
temanmu yang sedang menyandang status “in a relationship” seringkali membuatmu
merasa bersyukur atas status jomblo “single”-mu.
Waktu weekend menjadi hak prerogatifmu seorang karena kamu ga perlu menyesuaikan dengan doi *gimana coba kalo doi hobinya lari keliling GBK sementara kamu sukanya cuman lari dari kenyataan :P*. Tak ada pula drama kata “terserah kamu deh” yang mengharuskanmu berpikir keras untuk menebak kemauan si doi.
Waktu weekend menjadi hak prerogatifmu seorang karena kamu ga perlu menyesuaikan dengan doi *gimana coba kalo doi hobinya lari keliling GBK sementara kamu sukanya cuman lari dari kenyataan :P*. Tak ada pula drama kata “terserah kamu deh” yang mengharuskanmu berpikir keras untuk menebak kemauan si doi.
Intinya, kamu merasa hidupmu tuh fine-fine-aja alias no problemo sama sekali. Sejujurnya, kamu juga ga merasa jiwamu cuman ada sebelah
karena kamu belum menemukan belahan jiwa. #apaansih
Hiks, ga semua jomblo
gini juga keles
Lalu,
entah siapa yang memulainya, mendadak kamu menjadi bahan ledekan di kantor karena
belum ada yang menjemputmu pas kamu lembur. Tanpa kamu sadari, pertanyaan seperti “kapan punya
pacar?” mulai mengisi lembar kehidupanmu.
Bodo amat. Bodo amat. Bodo amat.
Pasti ada aja nih netijen yang komen “Ya udah sih, ga usah
dipikirin. Susah amat.” Asal tahu aja, ada 8 jam sehari yang kamu habiskan di
kantor bersama dengan mulut usil teman-teman kantormu. Ya gimana ga kepikiran coba.
:”) #garukgaruktembok
Jadi apa aja sih tindak-tanduk teman
kantor yang bikin kamu kepikiran untuk memiliki seseorang yang mengucapkan good morning setiap hari?
Ini dia 5 kelakuan teman kantor yang
bikin kamu ingin segera menyandang status “in-a-relationship”.
Eh, ada anak baru loh
di divisi X. Lo ga mau sama dia aja?
Melihat bentukan
makhluk yang dinamakan “anak-baru-divisi-X” saja belum pernah, tapi kamu sudah
menjadi sasaran empuk untuk dijodohkan dengannya. Bahkan sebenarnya kamu ga tahu sama
sekali dan ga mau tahu juga sih mengenai eksistensi si-anak-baru jika
mulut usil temanmu tak mulai menganggumu.
Ga hanya
keberadaan si-anak-baru, pertanyaan “lo ga mau sama dia aja?” juga berlaku
ketika salah satu teman sekantormu putus dengan pacarnya. Putusnya juga baru seminggu, tapi
kamu sudah mendengar pertanyaan tersebut semenjak gonjang-ganjing akan
berakhirnya hubungan mereka.
Berlari melewati
teman-temanmu yang hobinya menjodohkanmu dengan sembarang orang
Selanjutnya,
yang bisa kamu lakukan cuman bisa menarik napas dan godek-godek kepala
menyaksikan kelakuan teman kantormu. Sambil diam-diam berdoa supaya mereka tak semakin liar-nan-agresif
dalam menjodohkanmu yang sebenarnya juga ga butuh dijodohin.
Kok lo
perhatian banget sih sama dia? Buktinya, lo kasih kado pas dia ulangtahun.
Mendengar pertanyaan tersebut pasti sukses membuat keningmu
berkerut bingung. Bukannya wajar ya memberikan kado dan kartu ucapan ketika
seseorang berulangtahun? Malah aneh ga sih jika kamu memberikan surprise ketika tak ada satu pun momen
spesial?
Yang
semakin membuatmu tak habis pikir, kado yang diberikan kepada
empunya-yang-berulangtahun pun merupakan hasil patungan satu divisi. Plus kartu ucapan itu dibuat atas
inisiatif teman-temanmu yang kemudian memaksamu untuk berkreasi sekreatif
mungkin. *sudah berkorban, dituduh modus pula*
Jurus kamekameha untuk
teman yang hobinya menjatuhkan tuduhan imajinatif
Kamekameha versi imut
Diam-diam, ingin rasanya kamu mengeluarkan
jurus kame-kameha ala dragonball supaya teman-temanmu segera insyaf dan kembali
ke jalan yang benar. Huhuhu.
Cie, cie, kasih kode ke
siapa nih?
Untuk mengusir rasa jenuh ketika mengerjakan tugas kantor yang
tak mengenal kata selesai, mendengarkan lagu via Spotify menjadi andalanmu.
Tanpa sadar, bibirmu mulai bersenandung mengikuti lirik lagu Untitled ala Maliq
& D’Essentials. *yang fans-nya Maliq juga mana suaranya? #aseeek
Masalah timbul
ketika teman sedivisimu mendengarnya dan bertanya “cie, itu lagu buat siapa
sih?” #autosebal. Apalagi jika desibel suara temanmu cukup untuk didengarkan
oleh satu ruangan berkapasitas puluhan orang. Belum lagi jika temanmu hobi mengkaitkan lirik lagu
tersebut dengan orang yang udah dicie-cie-in denganmu sejak fosil dinosaurus
mulai ditemukan. #lebay
Ingin rasanya kamu
berteriak “sumpah, gue ga kasih kode ke siapa-siapa”
Ingin rasanya kamu menyumpal mulutnya dengan risol sambil berteriak “Suara lo bisa pelanan dikit ga sih? Jarak kita kan ga nyampe 1 meter, geblek! Terus nanti semua orang mikir gue lagi kodein doi woy!”. Duh!
Karyamu =
Pengalaman Pribadimu = Curhatanmu
Usai berkutat dengan urusan kantor selama (minimal) 5x8 jam
seminggu, meluangkan
waktu untuk hobimu menjadi kesenangan tersendiri. Ga heran, kamu
semakin tekun nan konsisten dalam melakukan hobimu. Ya hitung-hitung kan jadi
punya karya lain di luar dunia kerja.
Yang
bikin kamu gigit jari adalah ketika semua karyamu selalu dikaitkan dengan doi. Buat yang suka motret dan posting hasilnya di Instagram,
bersiaplah ditodong dengan komentar “cie, biar doi tau lo jago moto ya?”. Buat
yang suka nulis blog, bersiaplah dengan hujatan “ini pasti isi hati lo yang
terdalam ya.” #halah #apaanseh. Buat yang suka ngegambar, bersiaplah dengan
pertanyaan “sosok di gambar lo tuh doi ya?”
Ekspresimu ketika
semua karyamu dibilang curhat
Ingin rasanya kamu menjedotkan diri ke tembok
lalu menyanyikan sepotong lirik “Tentang Kamu karya BCL sambil memutari tiang.
Lagian, sedikit-dikit dikaitkan dengan doi, sedikit-dikit dituduh curhat. Duh,
kan ga semua bagian hidupmu berkait dengan doi!
Lah, kok lo bisa melulu
sih pas diajak? Pasti jomblo ya?
Sebagai manusia normal nan waras, kamu pasti merasa
senang nan bersyukur ketika temanmu bersedia memenuhi ajakanmu *ya mau ajakan
nonton kek, makan kek, jalan kek, apa kek*. Uniknya, pertanyaan “Kok lo bisa
melulu sih kalo diajak? Pasti lo jomblo ya?” malah keluar dari bibir temanmu
ketika kamu ga keberatan menemaninya pas weekend.
Diam-diam kamu ingin memberikan jurus tendangan ala Captain
Tsubasa kepada temanmu. Lah, orang kok bukannya bersyukur yak punya teman yang
berbaik hati meluangkan waktu untuknya, eh malah ngedekkin status temannya yang
masih single #dikasihhatimintajantung.
Nemenin salah. Ga
nemenin juga salah
Yang bikin tambah
jengkel, pertanyaan “lo ngambek ya karena sering gue ledekkin?” timbul ketika
kamu tak bisa menemaninya. Duh, ditemenin salah, ga ditemenin dituduh ngambek. Ingin
rasanya kamu berteriak “Salahin aja gue terus weeeh. Salahin aja!”.
Jadi gimana dong, ga salah kan kalau kamu jadi pengen
mengubah status “single”-mu menjadi “in a relationship”? Eits, tunggu dulu,
yakin mau buru-buru jadian ama gebetan cuman karena kelakuan usil teman
kantormu?
Quotes yang bikin kamu
berpikir ratusan kali sebelum mengatakan “ya” sama gebetan
Ga sengaja menemukan quotes di atas pas membuang-buang
waktu scrolling Instagram,
awalnya kamu cuman berpikir “Ah elah, parenting
partner apaan dah. Ngurus diri sendiri aja masih belum becus. Mandi aja
cuman 1x pas weekend”. #hehehe
Tapi pas kamu
baca kalimatnya berulangkali #kurangkerjaan, kok rasanya kamu justru ga mau
terburu-buru menganggukkan kepala ketika doi menyatakan perasaannya.
Ekspresimu sesudah
membaca quotes tersebut berulangkali
Mikirin soal “parenting partner” dan “someone
who will deeply influence your children” mungkin masih terasa jauh. Namun rasanya
tak sulit membayangkan bagian “your eating companion for about 20.000 meals”
atau “someone whose day you’ll hear about 18.000 times”.
Finding someone who
look at you like this is not an easy job to be done
Being in
a relationship means giving some parts of your life to other person.
Meluangkan waktu, memberikan energi, dan
menyesuaikan satu sama lain.
Jadi, sayang bangetlah (rasanya)
kalau kamu jadi pengen buru-buru jadian cuman karena keisengan temanmu semata.
Santai aja kalau lagi diledekkin. Masuk kuping kiri, keluar kuping kanan, dan
jangan sampai mampir ke hati. Plus anggap saja ini cobaan hidup level satu
sebelum kamu memasuki cobaan hidup lainnya. #wkwwk
Selamat menemukan dan
ditemukan di tempat dan waktu yang tepat
With love,
Bells