Setelah terpilih sebagai 5
terbaik mahasiswa berprestasi UNIKA Atma Jaya 2015 (still can’t believe that
I’ve been chosen for this! :”)), banyak teman-teman mahasiswa yang menanyakan
proses apa saja yang harus kulalui untuk sampai pada malam final. Beberapa
bahkan menanyakan “rahasia” sehingga aku bisa terpilih sebagai 5 terbaik.
Berhubung jawaban chatting via
line cukup terbatas karena capek mengetik panjang lebar, aku memutuskan
untuk menuliskannya dalam blog. Tujuannya sederhana, supaya teman-temanku mendapatkan
jawaban yang lebih jelas dan konkrit (daripada yang kubalas via chatting)
sekaligus mendapatkan gambaran dari proses panjang pemilihan mahasiswa
berprestasi setiap tahunnya.
Sebagai informasi, seleksi
mahasiswa berprestasi terdiri dari beberapa tahap.
Pertama-tama,
pastikan kalau kita tidak melewatkan informasi mengenai pembukaan pendaftaran
dalam rangka pemilihan mahasiswa berprestasi di Atma Jaya. Biasanya,
pihak universitas akan memasang spanduk yang cukup mencolok di dekat parkiran
motor BKS. Poster-poster juga ditempel pada (hampir) semua papan informasi.
Pengumuman semacam ini biasanya mulai tersebar luas di pertengahan November.
So, be aware! :D
Yang tak kalah penting, perhatikan persyaratan dan jadwal kegiatan yang tercantum dalam
poster. Pastikan kalau kita
memang memenuhi semua persyaratan yang tercantum dalam poster tersebut (mulai
dari IPK minimal yang dibuktikan dengan melampirkan KHS, nilai TOEFL minimal,
jumlah SKP yang dibutuhkan, hingga surat rekomendasi dari wakil dekan III).
Surat rekomendasi ini bisa
diperoleh dengan mengajukan langsung kepada wakil dekan III di masing-masing
fakultas. Oh ya, karna nilai TOEFL hanya berlaku dalam jangka waktu 1 tahun,
universitas juga menyelenggarakan test TOEFL bagi calon mahasiswa berprestasi yang
diadakan sebanyak 2x. Perhatikan tanggal dan waktu penyelenggaraan test TOEFL
tersebut. :D
Tahap
seleksi pertama dilakukan dengan mendaftarkan diri dan mengumpulkan berkas ke
masing-masing fakultas. Berkas tersebut berisi CV, surat rekomendasi
dari wakil dekan III, dan form yang dapat diunduh melalui website
atmajaya.ac.id. Form tersebut kemudian diprint dan diisi.
Pertanyaannya sekarang, memangnya
apa saja sih yang harus diisi dari form yang cukup tebal tersebut? Ada beberapa
hal yang harus diisi, yaitu biodata diri, 5 prestasi terbaik yang pernah
diperoleh, dan pendataan berbagai kegiatan yang harus diikuti. Kegiatan
tersebut dapat berupa aktif menjadi pengurus organisasi (baik di dalam maupun
di luar kampus), lomba-lomba yang pernah diikuti (atau bahkan menjadi pemenang
dari lomba tersebut), hingga seminar-seminar yang pernah diikuti (baik di dalam
maupun di luar kampus). Semua kegiatan tersebut kemudian akan dikonversi
menjadi poin-poin tertentu dimana setiap kegiatan memiliki nilai yang
berbeda-beda. Oh ya, setiap kegiatan tersebut harus dibuktikan dengan
melampirkan sertifikat dari kegiatan tersebut. Terakhir, masukkan semua berkas
tersebut dalam amplop coklat serta tulislah nama dan asal fakultas kita di
bagian depan amplop.
Tips & Trick :
A. Pastikan kalau
kita membuat CV dengan format yang benar. Walaupun tidak ada format
CV yang baku, kita bisa mencontoh dari teman-teman kita yang sudah pernah
membuat CV untuk melamar pekerjaan. Atau, kita juga bisa googling format CV
yang benar. Kalau sudah selesai membuat CV, pastikan tidak ada typo dan minta
orang lain membaca CV kita (supaya kita tahu jika ada hal-hal yang harus
diperbaiki). CV dibuat dalam 1-2 halaman karena CV harus singkat dan jelas.
B. Mintalah surat
rekomendasi dari wakil dekan III jauh-jauh hari. Mengingat kesibukan
beliau yang cukup tinggi, kita tentu tidak bisa seenakjidatnya meminta beliau
untuk memberikan surat rekomendasi pada waktu kita mengajukannya. Ajukanlah 1-2
minggu sebelum deadline perngumpulan berkas.
C. Karena
sertifikat dibutuhkan sebagai bukti kegiatan, kita harus tekun mengumpulkan
berbagai sertifikat tersebut. Sejak masuk kuliah, simpanlah
sertifikat tersebut dalam satu map sehingga mudah mencarinya saat
membutuhkannya. Jangan lelah menagih pihak penyelenggara seminar yang belum
memberikan sertifikat sebagai peserta ataupun organisasi mahasiswa yang belum
memberikan sertifikat sebagai panitia.
D. Lalu, bagaimana
jika peserta seminar atau kepanitiaan tertentu tidak memberikan sertifikat?
Jika demikian, kita dapat mengajukan surat keterangan kepada wakil dekan III. Format
surat tersebut dapat diminta kepada wakil dekan III. Surat keterangan tersebut
dapat dilengkapi dengan foto-foto atau nametag dari kegiatan tersebut. Intinya,
cantumkanlah bukti (pada surat keterangan) yang mendukung bahwa kita memang
benar-benar telah mengikuti kegiatan tersebut. Oh ya, sama seperti surat
rekomendasi, jangan mengajukan surat keterangan tersebut mendekati deadline.
E. Berdasarkan
pengamatan, seminar dan organisasi di luar kampus yang kita ikuti memberikan
poin yang (sedikit) lebih besar dari seminar dan organisasi di dalam kampus. Karena
itu, tak ada salahnya jika kita mulai mengikuti berbagai seminar dan bergabung
dengan organisasi di luar kampus. Misalnya, @youngontop, @ifutureladers,
@cewequat, dan masih banyak lagi. :D
Berdasarkan berkas tersebut,
terpilihlah 30 finalis mahasiswa berprestasi. Tahap
seleksi kedua dilakukan melalui karya tulis ilmiah. Ada waktu
sekitar 30 hari dari sejak pengumuman 30 finalis terpilih hingga deadline
pengumpulan karya tulis. Untuk membuat karya tulis ilmiah, kita dapat memilih
satu dosen pembimbing. Dosen pembimbing inilah yang akan memberikan masukan dan
saran mengenai karya tulis tersebut. Kita dapat memilih 1 dari (kurang lebih)
12 tema yang disediakan.
Btw, menurutku, tahap seleksi
kedua merupakan tahapan tersulit karena aku belum pernah membuat karya tulis
ilmiah. Untungnya, universitas menginformasikan isi karya tulis (latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, rumusan masalah, dasar teori, dll)
secara sistematis dan format yang digunakan secara detail. Selain itu, aku
bersyukur karena aku memiliki dosen pembimbing (a.k.a Kak Andina) yang
kooperatif dan banyak memberikan masukan selama proses penulisan. Aku banyak
berkonsultasi mengenai permasalahan yang kuangkat beserta solusinya kepada Kak
Andina. Beliau selalu (berbaik hati) menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang
kuajukan via chatting di line. Tak hanya itu, Kak Andina dan Pak Satria (wakil
dekan III FIABIKOM) sangat membantuku dalam menghadapi kebingungan dan
keraguanku yang datang silih berganti tanpa jeda.
Tips & Trick :
A. Klise :
pilihlah topik yang kita kuasai (BISA) dan sukai (MAU). Bayangkan
deh, menulis karya ilmiah saja bukan perkara mudah. Apalagi jika kita memilih
topik yang tidak kita sukai. Kesulitannya akan terasa 2x lipat.
Pada kesempatan
tersebut, aku memilih untuk menulis karya ilmiah dengan judul “Peran Generasi
Muda dalam Mengatasi Kekurangan Stok Darah yang Dimiliki PMI sebagai Upaya
Gerakan Kemanusiaan”. Topik ini kupilih karena aku menyukainya sekaligus
menyadari bahwa generasi muda cenderung tidak peduli dengan kegiatan donor
darah.
B. Buatlah
deadline yang jelas dan terukur. Percaya deh, tanpa deadline, akan
sulit menyelesaikan karya tulis tersebut. Deadline juga dapat membantu kita
untuk mengatasi penyakit malas dan menunda-nunda.
Sebagai contoh, aku
membuat deadline sebagai berikut :
Minggu I :
Membuat cover, lembar pengesahan, kata pengantar, dan daftar isi
Minggu II : Membuat BAB I (Pendahuluan) dan
BAB III (Metode Penulisan)
Minggu III :
Membuat BAB II (Telaah Pustaka) dan BAB IV (Analisis & Sintesis)
Minggu IV : Membuat BAB V (Simpulan &
Rekomendasi), daftar pustaka, dan ringkasan
Aku membebaskan
diri untuk menentukan waktu mengerjakan karya tulis. Hanya saja, pada akhir
minggu, target dari deadline tersebut harus sudah tercapai (kok pas menulis
artikel ini rasanya mudah sekali ya? Padahal rasanya berat sekali saat menulis
karya ilmiah tersebut :”))
C. Pilihlah dosen
pembimbing yang kooperatif dan mau meluangkan waktunya untuk memberikan masukan
serta saran. Namun, yang perlu diingat, kita adalah aktor utama yang
bertanggungjawab terhadap karya ilmiah tersebut. Kitalah yang harus aktif
menanyakan saran dan masukan dari dosen tersebut. Menurutku, tidak tepat
rasanya jika kita mendatangi dosen dengan “pikiran kosong”. Pastikan kalau kita
memiliki ide sebelum meminta saran.
D. Jangan malu
untuk meminta contoh karya ilmiah yang dibuat oleh finalis mahasiswa
berprestasi tahun sebelumnya. Mintalah beberapa contoh karya ilmiah
yang benar (terutama dari finalis mahasiswa berprestasi yang sampai pada tahap
20 besar atau bahkan 5 besar). Kalau kita merasa segan untuk meminta karya
tulis dari finalis yang tidak kita kenal, mintalah contoh karya tulis dari
finalis yang berasal dari satu fakultas yang sama.
Sebagai contoh,
aku meminta beberapa sample karya tulis dari finalis mawapres tahun sebelumnya.
Beruntungnya, semuanya mau memberikan karya tulisnya dengan senang hati. Tentu
saja aku berterima kasih sekali kepada Ci Noni, Kak Bong, Kak Theo, dan Stella
yang telah mempermudah proses penulisan karya ilmiah yang tidak mudah
tersebut.
Masih termasuk dalam tahap kedua,
ketiga puluh finalis diminta untuk mempresentasikan
karya tulisnya di depan wakil dekan III dari berbagai fakultas. Presentasi
dapat dibuat dalam bentuk powerpoint maupun prezi. Durasinya adalah 10 menit.
Apabila kita melewati waktu tersebut, presentasi akan tetap dihentikan pada
menit kesepuluh. Ketiga juri utama akan memberikan pertanyaan dimana
masing-masing juri memiliki waktu selama 10 menit. Oh ya, wakil dekan III dari
fakultas kita tidak akan menjadi juri (yang menilai kita) demi menjaga
objektivitas.
Untuk teknisnya, jangan lupa
membawa slide dalam USB, backup slide di email, bawa pointer untuk mempermudah
dalam mengoperasikan slide, print karya ilmiah tersebut (untuk membantu kita
dalam menjawab pertanyaan juri), dan datang 30 menit sebelum waktu presentasi.
Yeah!
Posterku sudah jadi loh!
Selama tahap kedua jugalah seluruh finalis diminta untuk berfoto dalam
rangka pembuatan poster dan spanduk (YEAH! :D). Jangan lupa untuk mengisi
data diri (yang akan ditampilkan di poster) melalui form yang disediakan oleh
BKAK. Rajin-rajinlah mengecek email karena informasi tersebut biasanya dikirim
melalui email.
Setelah tahapan tersulit
tersebut, *drumroll* terpilihlah 20 finalis mahasiswa berprestasi yang
fotonya akan dipajang dalam bentuk spanduk di dekat parkiran motor bks dan poster
yang bertebaran di papan pengumuman.
Pada
tahap ketiga, keduapuluh finalis mahasiswa berprestasi diwajibkan mengikuti tes
kepribadian dan narkoba. Tes kepribadian dilakukan melalui psikotest
dan wawancara. Psikotest berlangsung selama kurang lebih 3 jam dan dibagi dalam
2 gelombang. Wawancara dilakukan oleh psikolog dari Fakultas Psikologi Atma
Jaya selama 30 menit. Yang penting, jawablah setiap pertanyaan sesuai dengan
kenyataan mengenai diri kita, bukan seperti apa yang kita inginkan mengenai
diri kita. Berkonsentrasilah untuk menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang
seolah tak ada habisnya.
Hore, Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Dinyatakan
Selesai!
Malam
Final Pemilihan Mahasiswa Berprestasi merupakan tahap terakhir sekaligus tahap
yang paling mendebarkan. Sebelum malam final, diadakan gladi kotor
sehingga seluruh finalis mendapatkan gambaran mengenai acara yang akan
berlangsung. Selama gladi kotor tersebut, finalis akan diatur pada posisi
tertentu sehingga tidak kebingungan pada malam final.
Setelah disogok makan sepiring sate,
para finalis
mahasiswa berprestasi kembali tersenyum ceria sesudah melakukan gladi kotor
hingga pukul 21.00
Senyum ceria para finalis mahasiswa berprestasi di belakang
panggung saat gladi kotor
Tahun ini, gladi kotor
dilaksanakan sehari sebelum malam final dimulai pada pukul 14.00 dan diakhiri
pada pukul 20.30. Percaya atau tidak, enam jam yang panjang itulah yang
mendekatkan para finalis. Karena menunggu sampai terbosan-bosan, para finalis
memiliki kesempatan untuk mengenal satu sama lain sekaligus foto bersama. Karena
selesai sampai larut malam, gladi kotor tersebut diakhiri dengan makan malam
yang disponsori oleh abang sate dekat kampus panitia yang kece dan
sangat sabar dalam membantu para finalis.
Tips & Trick :
A. Kenakanlah
kebaya/pakaian daerah yang nyaman. Artinya, tidak terlalu sempit
ataupun tidak terlalu longgar. Peniti adalah benda kecil yang perlu dibawa
untuk menyelamatkan diri saat salah satu kancing (dari kostum kita) terlepas.
B. Gunakanlah alas
kaki yang nyaman. Pastikan kalau kita sudah mencoba alas kaki
tersebut di rumah sehingga tidak canggung saat berjalan di panggung. Kalau
perlu, bawalah alas kaki cadangan sebagai pengganti ketika alas sepatu utama
bermasalah.
Sebagai contoh,
tali sepatu wedgesku copot 5 menit sebelum aku naik ke atas panggung. Rasanya
panik setengah mati karena aku takut terjatuh di atas panggung. Untungnya, aku
meminta sepupuku untuk membawa sepatu wedges cadangan. Walaupun menggunakan
wedges yang rusak saat pertama kali tampil di atas panggung, aku dapat
menggunakan wedges cadangan saat menjawab pertanyaan. Tanpa wedges cadangan
tersebut, sulit rasanya berkonsentasi untuk menjawab pertanyaan (karena
pikiranku akan terbelah antara sepatu yang rusak dan pertanyaan yang diajukan
juri).
Next, pertanyaan yang
paling sering diajukan oleh teman-teman adalah mengenai pertanyaan yang
diajukan oleh juri pada malam final.
FYI, keduapuluh finalis tidak
tahu sama sekali pertanyaan yang akan diajukan. Jangankan pertanyaannya,
keduapuluh finalis bahkan tidak mengetahui juri misterius yang akan
menilai pada malam final. Yang diketahui para finalis ialah bahwa juri tersebut
adalah pribadi-pribadi yang expert di bidangnya dan akan mengajukan pertanyaan
yang bersifat pengetahuan umum.
Pada malam final, seluruh finalis
akan mengambil kertas pada sebuah kotak. Kertas tersebut berisi nama 2 juri
yang masing-masing akan memberikan 1 pertanyaan. Namun, ada juga kertas “bonus”
yang berisi nama 3 juri, sehingga
finalis tersebut harus menjawab 3 pertanyaan. Sacara teknis, juri mengajukan
pertanyaan selama 30 detik dan finalis menjawab selama 1 menit (ucapan finalis
akan dipotong apabila melebihi 1 menit).
Pada malam final tersebut, aku
mendapatkan kertas bonus tersebut sehingga terdapat 3 pertanyaan yang harus
dijawab. Ketiga pertanyaan tersebut adalah :
1.
Sekarang ini, banyak berkembang
sekolah bertaraf internasional. Apa pendapat Anda mengenai sekolah bertaraf
internasional?
2.
DPR memiliki tunjangan sebesar
12.5 juta untuk menjalankan rumah aspirasi. Apakah yang harus dilakukan DPR
dengan uang sebesar itu?
3.
ORMAWA dibentuk dengan tujuan
untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa. Apa yang harus dilakukan untuk
memaksimalkan tujuan tersebut?
Dari ketiga pertanyaan tersebut,
pertanyaan kedua merupakan pertanyaan yang paling mendebarkan. Jujur saja, aku
tidak tahu sama sekali mengenai rumah aspirasi (btw, sekarang aku sudah tahu
loh apa itu rumah aspirasi
dan aku jamin bahwa kata tersebut akan terus
menancap di otakku. Silahkan klik kata
rumah aspirasi untuk mendapatkan
jawabannya).
Lalu, apa yang aku lakukan? Aku
berusaha menebak apa rumah aspirasi tersebut berdasarkan kata itu sendiri. Aku
kemudian menjawab dengan tegas bahwa DPR harus membuat perencanaan spesifik
mengenai penggunaan uang tersebut. Tak hanya itu, DPR diwajibkan untuk
mengunggah perencanaan tersebut di internet sehingga masyarakat dapat
mengetahui manfaat dari uang tersebut.
Tips & Trick :
A. Walaupun
gugup dan takut tidak mampu menjawab pertanyaan *curhat*, berfokuslah pada pertanyaan yang diajukan.
Karena gugup, seringkali kita menjawab pertanyaan di luar konteks yang
dimaksud.
B. Jawablah
pertanyaan dengan tegas dan jelas. Oh ya, jika kita merasa lebih
nyaman berbicara dengan mic di tangan, lepaskanlah mic dari penyangganya.
C. Jawablah
pertanyaan sesuai dengan waktu yang tersedia. Jangan menjawab dengan
terlalu singkat maupun terlalu panjang lebar. Be efficient.
Sebagai penutup, aku ingin
berterima kasih semua pihak yang sudah membantuku dalam mengikuti proses
pemilihan mahasiswa berprestasi 2015. Tidak mungkin rasanya mencapai apa yang
sudah aku raih sekarang tanpa bantuan mereka. Karena tulisan ini sudah cukup
panjang, maka ucapan terima kasih tersebut akan kulanjutkan dalam
posting berikutnya (silahkan di klik kata posting berikutnya). :D
Cheers,
Bella