Kamis, 12 November 2015

Walaupun terkenal cerewet, inilah 7 alasan mengapa anak komunikasi Atma Jaya adalah pilihan terbaik untuk menjadi pacarmu

Cewek-cewek kece anggota Majalah ALINEA bersiap melakukan reportase

Kuliah adalah salah satu masa paling menyenangkan dalam hidup. Dalam fase ini, kamu belum dipusingkan dengan urusan mencari uang. Namun, kebebasan untuk menentukan pilihan sudah berada di genggaman tangan. Salah satunya ialah kebebasan memilih pasangan hidup. ;)

Terkenal dengan tagline terpercaya kualitas lulusannya, Unika Atma Jaya merupakan gudangnya anak komunikasi yang terpercaya kualitas cintanya memiliki sejumlah skill kece. Walaupun sering disebut jago sepik doang, ternyata banyak pesona anak komunikasi Atma Jaya yang belum diketahui jomblo-jomblo di luar sana. 

Inilah 7 alasan mengapa anak komunikasi Atma Jaya adalah pilihan terbaik untuk menjadi pasangan hidupmu.

Berbagai tugas yang unik saja mampu ditaklukannya. Apalagi menakhlukkan hatimu yang rindu akan cinta?
Berdiskusi santai ala anak komunikasi Atma Jaya

Siapa bilang tugas anak komunikasi itu cuman membuat presentasi dan ngomong di depan kelas? Kalau cuman begitu sih, anak dari jurusan lain pun bisa *sombong*.

Dari mulai membuat laporan riset pemasaran yang serius sampai membuat meme yang lucu nan konyol, semua bisa dilakukan oleh mereka. Walaupun bukan expert di bidang perfilman, berbagai tugas menuntut kreativitas mereka untuk membuat video pendek yang menarik. Bisa dilihat bukan betapa tekunnya mereka mempelajari teknik mengedit video secara mandiri?

Nah, kalau berbagai tugas unik itu saja mampu dikerjakannya dengan penuh kesungguhan, bisa dibayangkan dong kesungguhan rasa yang ditawarkannya untuk kamu yang beruntung mendapatkan cintanya?


Setuju dong kalau kepedulian untuk meluangkan waktu demi kegiatan sosial adalah salah satu kriteria unyu yang harus dimiliki pacarmu?

Pasukan kampanye Stop Smoking tersenyum ceria di Car Free Day

Walaupun sering disebut sebagai anak yang gemar nongkrong, anak komunikasi Atma Jaya memiliki kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan sekitar. Sadar akan bahaya yang ditimbulkan rokok, sejumlah anak komunikasi yang keren ini rela bangun pagi di hari Minggu untuk melakukan kampanye Stop Smoking. Sambil mengalahkan kantuk, mereka pun asik berkampanye supaya anak muda tak lagi bersahabat dengan tembakau.

Tentunya, masih banyak kegiatan sosial seru lainnya yang dilakukan anak komunikasi Atma Jaya. Mulai dari kampanye Stop Smoking hingga menghibur adik-adik yang kurang beruntung di panti asuhan. Nah, kalau mereka saja mau peduli dengan orang yang tak dikenalnya, apalagi dengan kamu yang memiliki tempat spesial di hatinya?


Kalau kamu adalah tipe orang yang mudah bosan, mereka adalah pasangan yang pasti membuatmu hari-harimu jauh dari kata jenuh. 
Berkreasi bersama di acara pengenalan mahasiswa baru komunikasi

Namanya juga pacaran. Pasti ada kalanya kamu merasa bosan dengan pasanganmu. Apalagi kalau hubungan kalian suda berusia lebih dari satu tahun. Namun, jangan khawatir soal rasa bosan jika kamu berpacaran dengan anak komunikasi Atma Jaya.

Bagaimana tidak, mereka dituntut untuk berpikir kreatif setiap saat. Untuk mereka yang mengambil jurusan corporate communication, mereka wajib menjaga citra perusahaan dengan cara-cara baru yang unik dan segar ala public relation. Sementara itu, mereka yang mengambil peminatan marketing communication selalu diminta untuk menemukan ide pemasaran cemerlang yang menarik perhatian konsumen. Kebayang dong betapa serunya melalui hari-harimu bersamanya?


Soal pergaulan, tak perlu dipertanyakan betapa eksisnya mereka.
Mahasiswa eksis nan unyu yang siap membantu kepanitiaan di program studi Komunikasi

Kalau kamu resmi berpacaran dengan anak komunikasi Atma Jaya, dijamin, pergaulanmu akan semakin luas. Bagaimana tidak, anak komunikasi memang terkenal pandai bergaul dan mudah memikat hati siapa pun. Sikap mereka yang ramah dan supel  membuat mahasiswa lain betah menjadi temannya. Pastinya, mereka tak akan segan memperkenalkanmu kepada teman-temannya. Siapa sih yang tidak mau punya banyak teman? ;)


Hari gini masih nunggu uang jajan dari orangtua untuk ngajak pacar malam mingguan? Tenang, hal itu tak akan terjadi jika kamu menjadi pacar anak komunikasi Atma Jaya.

Terlibat di berbagai kegiatan kampus? Siapa takut!

Selain pulang pergi kuliah, mereka aktif mengisi waktu luang dengan berbagai kegiatan kece nan produktif. Tak sedikit yang mati-matian membangun bisnis sendiri. Mulai dari online shop yang menjual buku bacaan impor hingga bisnis clothing yang sedang digemari kalangan anak muda. Tak melulu berkutat dengan diktat kuliah, mereka juga terjun aktif di bidang entertainment. Dari mulai menjadi MC ala sweet seventeen hingga bergabung dengan girl band yang eksis di sana-sini.

Hasilnya, mereka menjadi mandiri secara finansial. Walaupun belum bisa membayar kuliah sendiri, setidaknya mereka tidak bergantung dengan uang jajan demi mengajakmu bermalam mingguan.


Bercanda memang bumbu yang menyenangkan dalam suatu hubungan. Namun, ada kalanya kamu memerlukan orang yang bisa mendengarkanmu secara serius.
Warna almamater khas Unika Atma Jaya

Di sinilah kelebihan anak komunikasi Atma Jaya. Mereka bisa diajak bersenang-senang sekaligus merupakan pilihan yang tepat jika kamu membutuhkan seseorang yang bisa mendengarkanmu dengan sungguh-sungguh.

Tak heran, mereka memang sudah dilatih untuk bersikap fleksibel. Ada kalanya mereka berseru-seru ria membuat kampanye pemasaran yang asik nan gokil. Namun, ada kalanya mereka harus tampil formal dan serius untuk mempresentasikan ide di hadapan dosen. Nah, kebayang kan betapa asiknya memiliki pasangan yang bisa diajak seru-seruan sekaligus menatap masa depan bersama? ;D


Berpacaran dengan anak komunikasi Atma Jaya memberimu kesempatan untuk semakin mantap melangkah ke masa depan.
Senyum bahagia sekaligus lega panitia Kunjungan Media 2015

Tidak ada dalam kamus anak komunikasi untuk menjadi kupu-kupu (kuliah-pulang-kuliah-pulang). Daripada menjadi kunang-kunang (kuliah-nangkring-kuliah-nangkring), mereka memilih untuk mejadi kura-kura (kuliah-rapat-kuliah-rapat). Bisa dibayangkan betapa aktifnya mereka dalam berbagai organisasi di dalam maupun luar kampus.

Percaya atau tidak, mahasiswa yang aktif berorganisasi biasanya memiliki peluang kerja yang lebih baik dibandingkan mahasiswa yang sekadar duduk-diam-mendengarkan-dosen di kelas. Nah, bisa diramalkan dong betapa cerahnya masa depanmu bersama mereka?


Anak komunikasi Atma Jaya memang bukan manusia sempuna. Namun, kalau ditanya soal pacar idaman, jelas mereka adalah pilihan terbaik yang bisa kamu dapatkan sepanjang hidupmu. :D

Senin, 03 Agustus 2015

Missed Call



Kita mungkin sudah lupa rasanya berbagi cinta, begitu juga dengan rasa sakit yang tertinggal.

Layar ponsel yang berkedap-kedip memaksaku mengalihkan perhatian dari tumpukan artikel yang menyita segenap pikiran. Sebuah missed call mampir di layar ponselku, yang sudah delapan bulan lamanya diam membisu.

Sebuah nama yang tak asing, walaupun kini sudah menjelma menjadi sosok asing untukku, terpampang jelas di sana. Spontan, mataku mengerjap cepat. Jantungku berdetak dengan irama maraton. Sesuatu yang sudah lama tak kurasakan, kecuali ketika aku jumpalitan mengikuti pertandingan bulutangkis.

Tak salah lagi, beberapa huruf bertuliskan namanya masih terukir di tempat yang sama. Seolah memastikan bahwa aku tak sedang berkhayal di tengah deadline yang menumpuk.  

Tiba-tiba, aku teringat beberapa akun galau di timeline salah satu aplikasi chatting berwarna hijau muda. “Setahun yang lalu, kita bisa bercerita tanpa henti. Sekarang, jangankan bercerita, bilang ‘Hai’ saja aku berpikir seribu kali.”

Biasanya, aku tak peduli dengan foto-foto berisi kalimat galau khas anak muda itu. Namun, hari ini, khusus hari ini saja, kuakui, akun-akun yang selama ini kupikir tak ada gunanya itu ada benarnya juga.

Missed call itu memaksa otakku mengingat hal-hal yang rasanya tak ingin kuingat. Tanpa sadar, jemariku membuka beberapa percakapan kita, yang sudah lama berkarat di ponselku.  

Perasaanku campur aduk. Rindu itu menyergap begitu saja.

Sudah lama rasanya tak mendengar ucapan maaf dari bibirmu tatkala kamu selalu tertidur di tengah-tengah percakapan panjang nan seru. Sudah lama rasanya tak mendengar lelucon garing yang selalu mampu membuat aku tersipu malu. Sudah lama rasanya tak melirik jam dinding dan menunggu jarum panjang menunjuk angka tujuh, waktu dimana pemilik missed call tadi tak lagi disibukkan dengan rengekan anak kecil ataupun tugas yang sukses membuat kantung matanya semakin tebal. 

Ahh, rupanya memori itu masih tersimpan di benakku. Hanya menunggu waktu yang tepat untuk meronta dan keluar dari jeratan kata lupa.

Jemariku masih terus membuka sisa-sisa percakapan yang belum sempat kuhapus karena alasan kesibukan. Padahal, mungkin, aku sendiri yang tak ingin kehilangan jejaknya. Aku yang terlalu takut kehilangan bayang terakhir yang ia tinggalkan atas nama cinta.

Air mataku menetes tatkala mengingat masa-masa sulit yang telah berlalu. Ketika cinta tak lagi menjadi topik favorit kita. Digantikan dengan perdebatan yang sebenarnya tak perlu diucapkan. Sampai akhirnya, kita memutuskan untuk berselisih jalan dan mengambil rute yang berbeda.

Tak lama setelah berpisah, kita masih saling bicara, mencoba menanggalkan rindu yang masih bergelung. Aku masih ingat betul perasaan sedih yang harus kuhirup tatkala ia mulai memanggilku dengan nama panggilan yang sering digunakan teman-temanku. Tak ada lagi panggilan lucu nan unyu ala orang yang sedang jatuh cinta. Tak ada lagi tawamu yang terpingkal-pingkal kala menyaksikan film kartun ala Disney kesukaanmu.

Rasanya begitu gelap dan asing. Ketika itu, kita masih saling bicara walaupun hati meronta karena perubahan yang begitu drastis. Perubahan yang memaksaku untuk berhenti meletakkanmu di tempat yang spesial.

Setelah ribuan detik berlalu, aku belajar hidup tanpa warnamu. Perlahan, puluhan memori indah mulai membingkai perjalanan hidupku. Kesibukan yang menyita waktu setidaknya mampu memaksaku untuk berhenti menangis dan memulai hal-hal baru.

Kini, ketika missed call itu terpampang nyata di layarku, aku hanya dapat termenung dan menunggu. Terlalu takut untuk bertindak. Terlalu takut bahwa aku akan jatuh cinta lagi pada sosok yang sama. Terlalu takut bahwa rasa yang terpendam itu kembali muncul ke permukaan. Terlalu takut bahwa semua tak lagi sama.

Biarlah waktu yang menjawab semuanya. Antara aku dan missed call yang tak tentu maknanya itu.



Notes :
Hai semua :D Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali aku menulis karena aku memang ingin menulis (bukan karena deadline majalah atau tugas kuliah). Daaaaan .. .. .. *drumroll* rasa senang sekali bisa kembali menulis karena keinginan sendiri.

Oh ya, biasanya, setelah aku posting, pasti ada beberapa orang yang bertanya apakah ini berdasarkan pengalaman pribadi?. Sebelum ditanya, aku ingin menjelaskan kalau ini hanyalah fiksi semata. Yeah. :D

Btw, please your comment bellow. Its my pleasure to know your opinion about this. :D



With Love,
Bella 


Minggu, 29 Maret 2015

The Award Goes To ..

Without others, it is quite impossible to arrive at this incredible moment
Unknown

           Berdiri di atas panggung bersama 19 finalis lainnya merupakan salah satu momen terbaik seumur hidupku

Tidak mungkin rasanya menjadi 5 terbaik mahasiswa berprestasi UNIKA Atma Jaya 2015 tanpa bantuan yang (luar biasa) besar dari orang-orang di sekelilingku. Berkat dukungan mereka, aku dapat berdiri di panggung malam final mahasiswa berprestasi 2015.

Berikut ini adalah ucapan terima kasih (dari lubuk hatiku yang paling dalam *tsaaah*) kepada mereka yang telah mendorongku untuk terus maju dan berkarya. *peluk dan cium satu-satu*

Terima kasih kepada Pak Satria (wakil dekan III FIABIKOM) yang telah mendorongku untuk mengikuti pemilihan tersebut. Aku masih ingat betul bagaimana aku nyaris mengundurkan diri sehari sebelum deadline pengumpulan karena salah seorang temanku menunda keikutsertaannya dalam pemilihan mahasiswa berprestasi menjadi tahun depan. Tak hanya itu, beliau banyak berbagi cerita mengenai tema-tema karya ilmiah yang telah diangkat oleh mahasiswa berprestasi tahun 2013 dan 2014. Beliau jugalah yang tekun mengingatkanku untuk mengumpulkan berkas pendaftaran tepat waktu.

Terima kasih kepada Kak Andina yang telah memberikan banyak masukan dan saran selama proses pemilihan. Karya ilmiah merupakan sesuatu yang benar-benar baru bagiku. Aku belum pernah secara serius menggarap sebuah karya ilmiah. Pada kesempatan inilah aku ditantang untuk mencoba suatu hal yang baru. Aku bersyukur karena Kak Andina bukan sekadar dosen pembimbing karya ilmiah. Beliau juga banyak mengajarkan nilai-nilai baru dalam hidupku. Ketika aku berhasil masuk sebagai 5 terbaik, ia berucap seperti ini “saya senang kamu masuk 5 besar, tapi saya lebih seneng lagi kamu udah berhasil menaklukkan ketakutan bikin artikel ilmiah, ngomong di depan umum, jawab pertanyaa dewan juri, ngatasin grogi, dll. Karena pertarungan terbesar sepanjang hidup adalah melawan diri sendiri,”.

Terima kasih kepada Novi dan Piscok yang dengan senang hati mendukungku pada malam final (padahal seharusnya mereka mengikuti kelas Metode Penelitian Khusus pada pukul 16.00 sementara acara dimulai pada pukul 16.00). Kupikir, mereka akan pulang sekitar pukul 19.00 (acara selesai pukul 21.00) karena mereka harus naik angkot untuk sampai ke rumahnya masing-masing. Di luar ekspektasiku, mereka ada di ruangan tersebut sampai acara selesai. Tak hanya itu, mereka memberikan tepukan meriah saat aku tampil di panggung sambil bergulat dengan perasaan grogi. Bahkan, (menurut cerita Piscok), Novi sampai menangis tatkala namaku disebut sebagai 5 terbaik (semoga ini bukan tangisan karena bingung temannya yang hobi tidur di kelas ini terpilih menjadi 5 terbaik. :P).  Novi, Piscok, dan Claudia juga menyemangatiku dengan optimisme tingkat dewa setiap kali kukatakan bahwa aku hanya akan sampai pada babak 20 besar. Oh ya, terima kasih kepada Claudia karena berita mengejutkannya bahwa ia tidak bisa hadir di malam final  karena kekonyolan yang dilontarkannya via chatting bbm (setidaknya) mampu mengurangi rasa grogiku. Memiliki 3 orang sahabat seperti mereka merupakan keberuntungan yang langka seumur hidupku.

Terima kasih kepada Nico, adikku yang paling kece sedunia sekaligus lawan berantem paling seru karena ia dengan senang hati pulang sekolah lebih awal, menjemput semua sepupuku untuk hadir di malam final, dan (bahkan) menemaniku mencari kebaya. Walaupun cowok cuek ini sibuk bermain smartphone sepanjang menungguiku, ia benar-benar membantuku dalam memilih kebaya yang cocok untukku (mengingat aku adalah orang paling plin-plan di rumahku). Nico jugalah yang mengembalikan kebaya putih nan cantik tersebut ke tempat peminjaman, yang membutuhkan waktu perjalanan sekitar 40 menit untuk mencapai tempat tersebut.

Terima kasih kepada Koko Didi, Koko Ricky, Tommy, Cristal, dan Cita yang telah meluangkan waktunya untuk menyaksikan malam final mahasiswa berprestasi 2015. Berkat mereka, malam final yang tak terlupakan tersebut dapat didokumentasikan dengan baik. Khusus untuk Cita, terima kasih karena telah membawa sepatu wedges cadangan untukku. Tanpa sepatu tersebut, rasanya tidak mungkin aku dapat tampil dengan elegan di atas panggung karena tali sepatuku putus lima menit sebelum aku menaiki panggung. Anyway, terima kasih karena kita telah tumbuh besar bersama dan saling mendukung satu sama lain.

Terima kasih kepada Ci Noni, Kak Theo, Kak Bong, dan Stella (finalis mahasiswa berprestasi 2014) karena mereka dengan senang hati mengirimkan karya ilmiah mereka, yang kemudian kugunakan sebagai panduan dan contoh. Sebagai teman, Ci Noni begitu sabar menjawab berbagai pertanyaanku (dari yang penting sampai tidak penting) mengenai proses seleksi mahasiswa berprestasi. Begitu pula Kak Theo dan Kak Bong yang tidak hanya mengirimkan karya tulisnya, melainkan juga contoh karya ilmiah dari finalis 2014 lainnya.


 Before (kiri) & After (kanan)

Terima kasih kepada Ci Ketket yang telah mendadaniku dengan cantik sehingga aku bisa tampil kece di poster dan spanduk finalis mahasiswa berprestasi 2015. Memoles bedak, menggunakan eyeliner, menyapukan eye shadow (terlihat) menjadi hal yang amat mudah di tangan luwesnya. Berbanding terbalik denganku yang buat soal make up, Ci Ketket amat terampil menggunakan peralatan merias tanpa harus membuat wajahku terlihat menor.

Jeng jeng jeng ... Hasil karya Adit. 

Terima kasih kepada Adit yang telah mengambil fotoku untuk poster dan spanduk serta membuatkan video profil yang ditampilkan di malam final. Dengan gayanya yang kocak, aku bisa bergaya dengan begitu rileks di depan kamera. Ia juga tak segan mengulangi proses perekaman saat aku (dan finalis lainnya) merasa hasil rekaman tersebut belum sempurna. Tak hanya itu, Adit juga dengan senang hati berbagi softcopy file dari hasil pemotretan.

Terima kasih kepada Pak Daniel (karyawan di BKAK) yang telah memanduku untuk mengikuti tahap demi tahap yang harus dilalui. Tak hanya membantu, beliau adalah pribadi yang amat sederhana, ramah, dan sabar. Beliau amat telaten mengumpulkan dan mendata berbagai formulis yang harus diisi. Beliau juga banyak menjawab kebingunganku mengenai berbagai persoalan teknis yang harus kuhadapi.

Terima kasih kepada Ci Febby, Ko Arif, Edy, Lim, Willy, dan Wening yang turut mendukungku di hari H. Tak kalah romantis dengan hari Valentine, Ci Febby dan Edi menghadiahkan sekuntum bunga mawar untukku padahal aku tak mendapatkan setangkai bungapun pada hari valentine tahun ini *di situ kadang saya merasa sedih*. Terima kasih untuk Wening yang telah berbaik hati mendokumentasikan acara melalui kamera SLR-nya yang super canggih. Mengenal Keluarga Maha Buddhis Viriya Dharma adalah salah satu hal terindah di tahun 2015.

Terima kasih kepada teman-teman himpunan mahasiswa komunikasi yang telah meluangkan waktunya. Walaupun tidak hadir sampai acara selesai, Livi, Marvin, Hana, Monic, Friska, Vincent, dan Ferdinand menyuntikkan semangat agar aku terus maju dan menyelesaikan proses ini. Untuk Livi, terima kasih karena telah menemaniku via chatting selama proses make up dan mengajariku untuk selalui bersemangat dan terus mempelajari hal baru. Untuk Hana, terima kasih karena telah memberikan teladan bagiku untuk lebih bersabar dalam menghadapi masalah dan menjadi pribadi yang tulus. Untuk Marvin ketua himakom yang tidak pernah mendukungku selayaknya ketua himabi mendukung anggotanya yang menjadi finalis mahasiswa berprestasi, terima kasih karena mengajariku untuk menjadi pribadi yang tidak mudah menemukan alasan untuk tidak menyukai bahkan membenci orang lain. Untuk Vincent, terima kasih untuk segelas kopi yang tidak kuduga sebelum malam final.

Terima kasih kepada Erizka yang meluangkan waktunya untuk hadir di malam final. Melihat kerja kerasmu selama ini, aku berdoa semoga ia bisa menjadi Young On Top Campus Ambassador batch VI. Terima kasih kepada Saras dan Sesil yang sudah meluangkan waktu untuk datang ke malam final.

Terima kasih kepada Laura yang sudah mendukungku dengan kata-kata positif melalui chatting via line. Juga teman-teman lainnya yang sudah menyemangatiku melalui berbagai media yang ada. 

Terima kasih kepada Arvin, sesama finalis mahasiswa berprestasi, yang turut merasakan kebingungan dan ketakutan yang kuhadapi. Chatting via line dengannya mengenai karya ilmiah yang tak kunjung selesai ampuh mengurangi rasa stress. Karena mengenalnya, aku merasa memiliki teman senasib dan sepenganggungan. Sungguh suatu keisimewaan dapat mengenalnya dalam proses ini.

Terakhir, terima kasih kepada Mama, Papa, dan Popo yang selalu mencintaiku dengan tulus dan apa adanya. Walaupun tidak bisa hadir karena sedang pergi ke luar negeri, Mama dan Papa adalah dua sosok terpenting dalam hidupku. Aku ingat betul bagaimana mama terus menanyakan proses make up di hari H, memastikan kebaya yang cocok untukku, memberitakan kepada seluruh keluarga besar tatkala aku dipilih sebagai 20 finalis mahasiswa berprestasi, meminta adikku untuk mengantarjemputku di hari H, dan bahkan terus menanyakan perkembangan yang ada. Papa adalah sosok yang lebih pendiam dari Mama. Beliau tak pernah menanyakan secara detail persiapan yang harus kulalui. Kebangaannya padaku ditunjukkan melalui profile picture BBM yang memajang posterku sebagai finalis mahasiswa berprestasi.

Karena keterbatasan daya ingat, aku sungguh meminta maaf apabila ada pihak-pihak yang terlewatkan. Aku percaya, masih ada banyak orang lain di luar sana yang membantuku sehingga aku bisa menjadi 5 terbaik mahasiswa berprestasi. Tanpa mereka semua, mustahil rasanya berada di panggung yang istimewa di malam yang tak terlupakan tersebut. :”)


To be with them is the greatest pleasure in my precious life
Unknown


With Love,

Bella

So Here is The (Long) Process ..



Setelah terpilih sebagai 5 terbaik mahasiswa berprestasi UNIKA Atma Jaya 2015 (still can’t believe that I’ve been chosen for this! :”)), banyak teman-teman mahasiswa yang menanyakan proses apa saja yang harus kulalui untuk sampai pada malam final. Beberapa bahkan menanyakan “rahasia” sehingga aku bisa terpilih sebagai 5 terbaik.

Berhubung jawaban chatting via line cukup terbatas karena capek mengetik panjang lebar, aku memutuskan untuk menuliskannya dalam blog. Tujuannya sederhana, supaya teman-temanku mendapatkan jawaban yang lebih jelas dan konkrit (daripada yang kubalas via chatting) sekaligus mendapatkan gambaran dari proses panjang pemilihan mahasiswa berprestasi setiap tahunnya.
Sebagai informasi, seleksi mahasiswa berprestasi terdiri dari beberapa tahap.

Pertama-tama, pastikan kalau kita tidak melewatkan informasi mengenai pembukaan pendaftaran dalam rangka pemilihan mahasiswa berprestasi di Atma Jaya. Biasanya, pihak universitas akan memasang spanduk yang cukup mencolok di dekat parkiran motor BKS. Poster-poster juga ditempel pada (hampir) semua papan informasi. Pengumuman semacam ini biasanya mulai tersebar luas di pertengahan November. So, be aware! :D

Yang tak kalah penting, perhatikan persyaratan dan jadwal kegiatan yang tercantum dalam poster. Pastikan kalau kita memang memenuhi semua persyaratan yang tercantum dalam poster tersebut (mulai dari IPK minimal yang dibuktikan dengan melampirkan KHS, nilai TOEFL minimal, jumlah SKP yang dibutuhkan, hingga surat rekomendasi dari wakil dekan III).

Surat rekomendasi ini bisa diperoleh dengan mengajukan langsung kepada wakil dekan III di masing-masing fakultas. Oh ya, karna nilai TOEFL hanya berlaku dalam jangka waktu 1 tahun, universitas juga menyelenggarakan test TOEFL bagi calon mahasiswa berprestasi yang diadakan sebanyak 2x. Perhatikan tanggal dan waktu penyelenggaraan test TOEFL tersebut. :D

Tahap seleksi pertama dilakukan dengan mendaftarkan diri dan mengumpulkan berkas ke masing-masing fakultas. Berkas tersebut berisi CV, surat rekomendasi dari wakil dekan III, dan form yang dapat diunduh melalui website atmajaya.ac.id. Form tersebut kemudian diprint dan diisi.

Pertanyaannya sekarang, memangnya apa saja sih yang harus diisi dari form yang cukup tebal tersebut? Ada beberapa hal yang harus diisi, yaitu biodata diri, 5 prestasi terbaik yang pernah diperoleh, dan pendataan berbagai kegiatan yang harus diikuti. Kegiatan tersebut dapat berupa aktif menjadi pengurus organisasi (baik di dalam maupun di luar kampus), lomba-lomba yang pernah diikuti (atau bahkan menjadi pemenang dari lomba tersebut), hingga seminar-seminar yang pernah diikuti (baik di dalam maupun di luar kampus). Semua kegiatan tersebut kemudian akan dikonversi menjadi poin-poin tertentu dimana setiap kegiatan memiliki nilai yang berbeda-beda. Oh ya, setiap kegiatan tersebut harus dibuktikan dengan melampirkan sertifikat dari kegiatan tersebut. Terakhir, masukkan semua berkas tersebut dalam amplop coklat serta tulislah nama dan asal fakultas kita di bagian depan amplop.


Tips & Trick :
A.      Pastikan kalau kita membuat CV dengan format yang benar. Walaupun tidak ada format CV yang baku, kita bisa mencontoh dari teman-teman kita yang sudah pernah membuat CV untuk melamar pekerjaan. Atau, kita juga bisa googling format CV yang benar. Kalau sudah selesai membuat CV, pastikan tidak ada typo dan minta orang lain membaca CV kita (supaya kita tahu jika ada hal-hal yang harus diperbaiki). CV dibuat dalam 1-2 halaman karena CV harus singkat dan jelas.

B.      Mintalah surat rekomendasi dari wakil dekan III jauh-jauh hari. Mengingat kesibukan beliau yang cukup tinggi, kita tentu tidak bisa seenakjidatnya meminta beliau untuk memberikan surat rekomendasi pada waktu kita mengajukannya. Ajukanlah 1-2 minggu sebelum deadline perngumpulan berkas.

C.      Karena sertifikat dibutuhkan sebagai bukti kegiatan, kita harus tekun mengumpulkan berbagai sertifikat tersebut. Sejak masuk kuliah, simpanlah sertifikat tersebut dalam satu map sehingga mudah mencarinya saat membutuhkannya. Jangan lelah menagih pihak penyelenggara seminar yang belum memberikan sertifikat sebagai peserta ataupun organisasi mahasiswa yang belum memberikan sertifikat sebagai panitia.

D.      Lalu, bagaimana jika peserta seminar atau kepanitiaan tertentu tidak memberikan sertifikat? Jika demikian, kita dapat mengajukan surat keterangan kepada wakil dekan III. Format surat tersebut dapat diminta kepada wakil dekan III. Surat keterangan tersebut dapat dilengkapi dengan foto-foto atau nametag dari kegiatan tersebut. Intinya, cantumkanlah bukti (pada surat keterangan) yang mendukung bahwa kita memang benar-benar telah mengikuti kegiatan tersebut. Oh ya, sama seperti surat rekomendasi, jangan mengajukan surat keterangan tersebut mendekati deadline.

E.       Berdasarkan pengamatan, seminar dan organisasi di luar kampus yang kita ikuti memberikan poin yang (sedikit) lebih besar dari seminar dan organisasi di dalam kampus. Karena itu, tak ada salahnya jika kita mulai mengikuti berbagai seminar dan bergabung dengan organisasi di luar kampus. Misalnya, @youngontop, @ifutureladers, @cewequat, dan masih banyak lagi. :D

Berdasarkan berkas tersebut, terpilihlah 30 finalis mahasiswa berprestasi. Tahap seleksi kedua dilakukan melalui karya tulis ilmiah. Ada waktu sekitar 30 hari dari sejak pengumuman 30 finalis terpilih hingga deadline pengumpulan karya tulis. Untuk membuat karya tulis ilmiah, kita dapat memilih satu dosen pembimbing. Dosen pembimbing inilah yang akan memberikan masukan dan saran mengenai karya tulis tersebut. Kita dapat memilih 1 dari (kurang lebih) 12 tema yang disediakan.

Btw, menurutku, tahap seleksi kedua merupakan tahapan tersulit karena aku belum pernah membuat karya tulis ilmiah. Untungnya, universitas menginformasikan isi karya tulis (latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, rumusan masalah, dasar teori, dll) secara sistematis dan format yang digunakan secara detail. Selain itu, aku bersyukur karena aku memiliki dosen pembimbing (a.k.a Kak Andina) yang kooperatif dan banyak memberikan masukan selama proses penulisan. Aku banyak berkonsultasi mengenai permasalahan yang kuangkat beserta solusinya kepada Kak Andina. Beliau selalu (berbaik hati) menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang kuajukan via chatting di line. Tak hanya itu, Kak Andina dan Pak Satria (wakil dekan III FIABIKOM) sangat membantuku dalam menghadapi kebingungan dan keraguanku yang datang silih berganti tanpa jeda.


Tips & Trick :
A.      Klise : pilihlah topik yang kita kuasai (BISA) dan sukai (MAU). Bayangkan deh, menulis karya ilmiah saja bukan perkara mudah. Apalagi jika kita memilih topik yang tidak kita sukai. Kesulitannya akan terasa 2x lipat.
Pada kesempatan tersebut, aku memilih untuk menulis karya ilmiah dengan judul “Peran Generasi Muda dalam Mengatasi Kekurangan Stok Darah yang Dimiliki PMI sebagai Upaya Gerakan Kemanusiaan”. Topik ini kupilih karena aku menyukainya sekaligus menyadari bahwa generasi muda cenderung tidak peduli dengan kegiatan donor darah.

B.      Buatlah deadline yang jelas dan terukur. Percaya deh, tanpa deadline, akan sulit menyelesaikan karya tulis tersebut. Deadline juga dapat membantu kita untuk mengatasi penyakit malas dan menunda-nunda.
Sebagai contoh, aku membuat deadline sebagai berikut :
Minggu I              : Membuat cover, lembar pengesahan, kata pengantar, dan daftar isi
Minggu II             : Membuat BAB I (Pendahuluan) dan BAB III (Metode Penulisan)
Minggu III            : Membuat BAB II (Telaah Pustaka) dan BAB IV (Analisis & Sintesis)
Minggu IV           : Membuat BAB V (Simpulan & Rekomendasi), daftar pustaka, dan ringkasan
Aku membebaskan diri untuk menentukan waktu mengerjakan karya tulis. Hanya saja, pada akhir minggu, target dari deadline tersebut harus sudah tercapai (kok pas menulis artikel ini rasanya mudah sekali ya? Padahal rasanya berat sekali saat menulis karya ilmiah tersebut :”))

C.      Pilihlah dosen pembimbing yang kooperatif dan mau meluangkan waktunya untuk memberikan masukan serta saran. Namun, yang perlu diingat, kita adalah aktor utama yang bertanggungjawab terhadap karya ilmiah tersebut. Kitalah yang harus aktif menanyakan saran dan masukan dari dosen tersebut. Menurutku, tidak tepat rasanya jika kita mendatangi dosen dengan “pikiran kosong”. Pastikan kalau kita memiliki ide sebelum meminta saran.

D.      Jangan malu untuk meminta contoh karya ilmiah yang dibuat oleh finalis mahasiswa berprestasi tahun sebelumnya. Mintalah beberapa contoh karya ilmiah yang benar (terutama dari finalis mahasiswa berprestasi yang sampai pada tahap 20 besar atau bahkan 5 besar). Kalau kita merasa segan untuk meminta karya tulis dari finalis yang tidak kita kenal, mintalah contoh karya tulis dari finalis yang berasal dari satu fakultas yang sama.
Sebagai contoh, aku meminta beberapa sample karya tulis dari finalis mawapres tahun sebelumnya. Beruntungnya, semuanya mau memberikan karya tulisnya dengan senang hati. Tentu saja aku berterima kasih sekali kepada Ci Noni, Kak Bong, Kak Theo, dan Stella yang telah mempermudah proses penulisan karya ilmiah yang tidak mudah tersebut.

Masih termasuk dalam tahap kedua, ketiga puluh finalis diminta untuk mempresentasikan karya tulisnya di depan wakil dekan III dari berbagai fakultas. Presentasi dapat dibuat dalam bentuk powerpoint maupun prezi. Durasinya adalah 10 menit. Apabila kita melewati waktu tersebut, presentasi akan tetap dihentikan pada menit kesepuluh. Ketiga juri utama akan memberikan pertanyaan dimana masing-masing juri memiliki waktu selama 10 menit. Oh ya, wakil dekan III dari fakultas kita tidak akan menjadi juri (yang menilai kita) demi menjaga objektivitas.

Untuk teknisnya, jangan lupa membawa slide dalam USB, backup slide di email, bawa pointer untuk mempermudah dalam mengoperasikan slide, print karya ilmiah tersebut (untuk membantu kita dalam menjawab pertanyaan juri), dan datang 30 menit sebelum waktu presentasi.

Yeah! Posterku sudah jadi loh! 

Selama tahap kedua jugalah seluruh finalis diminta untuk berfoto dalam rangka pembuatan poster dan spanduk (YEAH! :D). Jangan lupa untuk mengisi data diri (yang akan ditampilkan di poster) melalui form yang disediakan oleh BKAK. Rajin-rajinlah mengecek email karena informasi tersebut biasanya dikirim melalui email.

Setelah tahapan tersulit tersebut, *drumroll* terpilihlah 20 finalis mahasiswa berprestasi yang fotonya akan dipajang dalam bentuk spanduk di dekat parkiran motor bks dan poster yang bertebaran di papan pengumuman.

Pada tahap ketiga, keduapuluh finalis mahasiswa berprestasi diwajibkan mengikuti tes kepribadian dan narkoba. Tes kepribadian dilakukan melalui psikotest dan wawancara. Psikotest berlangsung selama kurang lebih 3 jam dan dibagi dalam 2 gelombang. Wawancara dilakukan oleh psikolog dari Fakultas Psikologi Atma Jaya selama 30 menit. Yang penting, jawablah setiap pertanyaan sesuai dengan kenyataan mengenai diri kita, bukan seperti apa yang kita inginkan mengenai diri kita. Berkonsentrasilah untuk menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang seolah tak ada habisnya.


                                                    Hore, Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Dinyatakan Selesai!

Malam Final Pemilihan Mahasiswa Berprestasi merupakan tahap terakhir sekaligus tahap yang paling mendebarkan. Sebelum malam final, diadakan gladi kotor sehingga seluruh finalis mendapatkan gambaran mengenai acara yang akan berlangsung. Selama gladi kotor tersebut, finalis akan diatur pada posisi tertentu sehingga tidak kebingungan pada malam final.

Setelah disogok makan sepiring sate, 
para finalis mahasiswa berprestasi kembali tersenyum ceria sesudah melakukan gladi kotor hingga pukul 21.00

                                         Senyum ceria para finalis mahasiswa berprestasi di belakang panggung saat gladi kotor

Tahun ini, gladi kotor dilaksanakan sehari sebelum malam final dimulai pada pukul 14.00 dan diakhiri pada pukul 20.30. Percaya atau tidak, enam jam yang panjang itulah yang mendekatkan para finalis. Karena menunggu sampai terbosan-bosan, para finalis memiliki kesempatan untuk mengenal satu sama lain sekaligus foto bersama. Karena selesai sampai larut malam, gladi kotor tersebut diakhiri dengan makan malam yang disponsori oleh abang sate dekat kampus panitia yang kece dan sangat sabar dalam membantu para finalis.


Tips & Trick :
A.      Kenakanlah kebaya/pakaian daerah yang nyaman. Artinya, tidak terlalu sempit ataupun tidak terlalu longgar. Peniti adalah benda kecil yang perlu dibawa untuk menyelamatkan diri saat salah satu kancing (dari kostum kita) terlepas.

B.      Gunakanlah alas kaki yang nyaman. Pastikan kalau kita sudah mencoba alas kaki tersebut di rumah sehingga tidak canggung saat berjalan di panggung. Kalau perlu, bawalah alas kaki cadangan sebagai pengganti ketika alas sepatu utama bermasalah.
Sebagai contoh, tali sepatu wedgesku copot 5 menit sebelum aku naik ke atas panggung. Rasanya panik setengah mati karena aku takut terjatuh di atas panggung. Untungnya, aku meminta sepupuku untuk membawa sepatu wedges cadangan. Walaupun menggunakan wedges yang rusak saat pertama kali tampil di atas panggung, aku dapat menggunakan wedges cadangan saat menjawab pertanyaan. Tanpa wedges cadangan tersebut, sulit rasanya berkonsentasi untuk menjawab pertanyaan (karena pikiranku akan terbelah antara sepatu yang rusak dan pertanyaan yang diajukan juri).

Next, pertanyaan yang paling sering diajukan oleh teman-teman adalah mengenai pertanyaan yang diajukan oleh juri pada malam final.

FYI, keduapuluh finalis tidak tahu sama sekali pertanyaan yang akan diajukan. Jangankan pertanyaannya, keduapuluh finalis bahkan tidak mengetahui juri misterius yang akan menilai pada malam final. Yang diketahui para finalis ialah bahwa juri tersebut adalah pribadi-pribadi yang expert di bidangnya dan akan mengajukan pertanyaan yang bersifat pengetahuan umum.

Pada malam final, seluruh finalis akan mengambil kertas pada sebuah kotak. Kertas tersebut berisi nama 2 juri yang masing-masing akan memberikan 1 pertanyaan. Namun, ada juga kertas “bonus” yang berisi nama  3 juri, sehingga finalis tersebut harus menjawab 3 pertanyaan. Sacara teknis, juri mengajukan pertanyaan selama 30 detik dan finalis menjawab selama 1 menit (ucapan finalis akan dipotong apabila melebihi 1 menit).

Pada malam final tersebut, aku mendapatkan kertas bonus tersebut sehingga terdapat 3 pertanyaan yang harus dijawab. Ketiga pertanyaan tersebut adalah :

1.    Sekarang ini, banyak berkembang sekolah bertaraf internasional. Apa pendapat Anda mengenai sekolah bertaraf internasional?

2.    DPR memiliki tunjangan sebesar 12.5 juta untuk menjalankan rumah aspirasi. Apakah yang harus dilakukan DPR dengan uang sebesar itu?

3.    ORMAWA dibentuk dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa. Apa yang harus dilakukan untuk memaksimalkan tujuan tersebut?

Dari ketiga pertanyaan tersebut, pertanyaan kedua merupakan pertanyaan yang paling mendebarkan. Jujur saja, aku tidak tahu sama sekali mengenai rumah aspirasi (btw, sekarang aku sudah tahu loh apa itu rumah aspirasi dan aku jamin bahwa kata tersebut akan terus menancap di otakku. Silahkan klik kata rumah aspirasi untuk mendapatkan jawabannya).

Lalu, apa yang aku lakukan? Aku berusaha menebak apa rumah aspirasi tersebut berdasarkan kata itu sendiri. Aku kemudian menjawab dengan tegas bahwa DPR harus membuat perencanaan spesifik mengenai penggunaan uang tersebut. Tak hanya itu, DPR diwajibkan untuk mengunggah perencanaan tersebut di internet sehingga masyarakat dapat mengetahui manfaat dari uang tersebut.


Tips & Trick :
A.      Walaupun gugup dan takut tidak mampu menjawab pertanyaan *curhat*, berfokuslah pada pertanyaan yang diajukan. Karena gugup, seringkali kita menjawab pertanyaan di luar konteks yang dimaksud.

B.      Jawablah pertanyaan dengan tegas dan jelas. Oh ya, jika kita merasa lebih nyaman berbicara dengan mic di tangan, lepaskanlah mic dari penyangganya.

C.      Jawablah pertanyaan sesuai dengan waktu yang tersedia. Jangan menjawab dengan terlalu singkat maupun terlalu panjang lebar. Be efficient.


Sebagai penutup, aku ingin berterima kasih semua pihak yang sudah membantuku dalam mengikuti proses pemilihan mahasiswa berprestasi 2015. Tidak mungkin rasanya mencapai apa yang sudah aku raih sekarang tanpa bantuan mereka. Karena tulisan ini sudah cukup panjang, maka ucapan terima kasih tersebut akan kulanjutkan dalam posting berikutnya (silahkan di klik kata posting berikutnya). :D



Cheers,
Bella