Rabu, 07 Agustus 2013

Yes, WE ( YOU and I)  can !

Jalanan yang disesaki kendaraan bermotor, kepadatan penumpang di stasiun bus, dan berdesak-berdesakkan di kereta sukses membuat kita manyun. Siapa juga sih yang ga keburu bete melihat semrawutnya lalu lintas di ibu kota? Kalau sudah begitu, kita cuman bisa mengurut dada dan menjadikan twitter sebagai tempat menampung keluhan yang sudah berada di ujung bibir.
Eits, siapa bilang kita CUMAN BISA bersikap pasif dan mengeluh di media sosial? Emang sih, kita ga mungkin mengurangi volume kendaraan bermotor. Lebih ga mungkin lagi kalau kita mengatur semua calon penumpang di stasiun untuk mau antri dan tertib. Tenang, kita masih bisa kok berbuat sesuatu daripada sekadar mengeluh di media sosial.

It started from small things. It started from ourshelves.

Nebeng yuk !
Rasanya emang ga mungkin mengurai kemacetan yang dapat dikategorikan lumayan parah di ibu kota, tapi kita bisa kok mengurangi frekuensi penggunaan kendaraan pribadi. Kabar baiknya, kita bisa memulai hal tersebut dari diri kita sendiri. Gampangnya nih, kita bisa nebeng teman yang pergi ke tujuan yang searah atau mengajak teman pergi bareng dengan kendaraan kita. Selain menghemat bensin dan mengurangi polusi udara, hitung-hitung, kita jadi punya teman ngobrol sepanjang perjalanan. Dijamin, rasa sebal akibat macet dapat berkurang drastis.


Stop pada tempatnya !
Niatnya sih kita mau “bersikap ramah” terhadap kemacetan dengan cara naik angkot. Eh, kita malah menyetop angkot seenaknya. Jangan heran, supir angkot itu pasti akan “mengabulkan permintaan” kita karena membutuhkan penumpang. Udah tau angkotnya sedang melaju kencang di tengah-tengah jalan. Karena kita melambaikan tangan, supir angkot pun nekat mengerem kendaraannya dan memaksakan diri untuk berpindah ke jalur paling kiri.
Bayangkan kalau kita jadi pengendara di belakang angkot tersebut. Pasti kita juga jadi ikutan ngerem tiba-tiba. Hal ini tentu saja berbahaya bagi keselamatan pengemudi lainnya. Oleh karena itu, pastikan kita sudah memberi tanda pada angkot tersebut jauh-jauh atau menyetop angkot yang sedang melaju dalam kecepatan normal.

Berebutan itu bukan gaya gue.
Penumpang yang berjejalan di stasiun kereta atau halte bus pasti bukan hal baru bagi pengguna kendaraan umum. Jumlah penumpang yang tidak sebanding dengan jumlah armada yang tersedia membuat kita (terpaksa) berebutan tempat. Abis, gimana lagi dong, kalau kita ga ikut berjejalan dan melakukan aksi dorong-dorongan, pasti ga kebagian tempat.
Pemikiran di atas memang tidak sepenuhnya salah, tapi ingat, kita juga punya kewajiban untuk menghormati penumpang lain. Seringkali terjadi, belum juga penumpang dari dalam kereta menjejakkan kakinya ke atas peron, calon penumpang di stasiun memaksa masuk ke dalam kereta dengan alasan khawatir tidak mendapatkan tempat. Semua orang memang harus bergegas karena dikejar waktu, tapi kita tetap harus menjaga hak orang lain. Ga ada salahnya kan kita menunggu sebentar di tepi pintu masuk dan mempersilahkan penumpang dari dalam untuk menghirup udara stasiun dengan aman dan nyaman.

Ada jembatan penyeberangan tuh !
Mau menyeberang jalan aja, kita harus menaiki anak tangga yang jumlahnya tidak sedikit. Uh, kayaknya, lebih enak kalau kaki kita langsung melangkah melewati jalan raya. Memang sih, naik jembatan penyeberangan memerlukan pengorbanan waktu dan tenaga. Jarak yang bisa ditempuh dalam tempo waktu kurang dari satu menit berubah menjadi lebih dari tiga menit. Belum lagi peluh yang menetes karena kondisi udara yang panas.
Semua itu memang terasa berat kalau kita mengindahkan keselamatan di jalan raya. Tidak dipungkiri, kendaraan di jalan-jalan besar melaju dengan kecepatan tinggi. Jarang sekali ada pengemudi yang mau mengurangi kecepatannya dan mempersilahkan pejalan kaki menyeberang. Daripada harus menghadapi resiko yang lebih besar, ga ada salahnya kan kita menyeberang pada tempatnya, misalnya jembatan penyeberangan dan zebra cross.

Silahkan lewat.
Kalau berperan menjadi pejalan kaki, pasti kita geram melihat kendaraan yang ogah memelankan lajunya pada saat kita ingin menyeberang. Nah, bagaimana kalau posisinya dibalik? Kita menjadi pengendara dan ada pejalan kaki yang ingin menyeberang. Sebagai orang yang sering harap-harap cemas saat ingin menyeberang, boleh dong kita mengurangi laju kendaraan dan memberi kesempatan bagi orang lain untuk menyeberang jalan dengan aman.



Big things started from small things 


Picture taken from gettyimages.com dan google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar