Note :
Sebelum membaca blog ini, coba deh sempetin dengerin lagu
Walk with Me yang dinyanyiin sama Bella Thorne. Biar lebih menghayati gitu baca
blog-nya. Hehehe #aseek #banyakmau
But I have walked
alone with the stars in the moonlit night
I have walked alone,
no one by my side
Now I walk with you
with my head held high
In the
darkest sky, I feel so alive
~~Walk with
Me by Bella Thorne~~
06.00 am
Mataku spontan mengerjap
tatkala lagu “Walk with Me” mengalun pelan melalui ponselku yang tergeletak
asal-asalan di pinggir tempat tidur. Untuk beberapa saat, suara Bella Thorne
berpadu dengan suara jarum jam yang memenuhi seisi kamar.
Sambil menggerutu
pelan, kumatikan alarm yang teledor kusetel semalam. Seharusnya tak ada bunyi
alarm di Sabtu pagi.
Sabtu datang terlalu
cepat. Terlalu dini untuk kunikmati sekali lagi.
Tenggelam
dalam pekerjaan yang menyita perhatian membuat kemampuanku menghitung waktu
lenyap. Memperhatikan pergeseran harga komoditas yang dijual perusahaanku rupaya mampu
membuat dunia bergerak lebih cepat dari dugaanku.
07.00 am
Sekali lagi lagu “Walk
with Me” menyadarkanku dari tidur yang terlalu lelap.
Hhhh, kenapa alarmku
harus terus menganggu tidur nyenyakku.
Dilema mulai
memenuhi benakku. Di satu sisi, wishlist-ku
untuk bangun lebih pagi di hari Sabtu ingin kutuntaskan. Di sisi lain, tawaran
untuk memejamkan mata sejenak lebih menggoda iman.
Ahh, rasa-rasanya
aku layak mendapatkan lelap yang sedikit lebih panjang. Bukankah semua
lelahku menatap layar laptop dari Senin hingga Jumat patut diganjar dengan
sesuatu yang menyenangkan?
08.00 am
Sambil menguap
pelan, kesadaranku mulai berkumpul, mengusir kantuk yang masih saja
menggelayuti kelopak mataku.
Getaran halus dari smartphone-ku memaksaku untuk bergerak
meraihnya.
Tanpa
membukanya terlebih dahulu, sebenarnya aku sudah bisa menebak apa isinya.
Apalagi kalau bukan puluhan chat yang
memintaku untuk mengecek email, memastikan
kesesuaian antara harga yang tertera di sistem dengan harga yang tercetak di
lapangan, sekaligus melakukan revisi harga agar proses penjualanan dapat segera
dieksekusi.
Sambil menahan
kantuk, kuraih laptop yang telah menungguku.
Aku menghela nafas
pelan. Memastikan bahwa aku telah sadar seutuhnya. Berhubungan dengan banyak
angka di Sabtu pagi memerlukan konsentrasi penuh. Tak ingin menambah hiruk
pikuk di akhir pekan, aku ingin memastikan bahwa semua angka yang kuhitung
adalah benar adanya.
But I have walked alone with the stars in the moonlit night
I have walked alone, no one by my side
10.00 am
Mematikan laptop
bisa jadi pertanda dimulainya weekend
untukku.
Semua pesan singkat
melalui aplikasi chatting berlambang
hijau telah selesai kubalas. Kupastikan tak ada satupun pertanyaan menggantung.
Karena aku tahu
betul rasanya punya pertanyaan yang tak terjawab.
Karena aku tahu
betul rasanya berjalan sendirian menuntaskan persoalan demi persoalan yang
katanya akrab dengan dunia orang dewasa.
Karena aku tahu betul rasanya
bertahan tanpa punya seseorang yang layak dijadikan sebagai tempat bersandar
kala beban pekerjaan menggelayuti pundakku.
Karena aku tahu
betul rasanya bertanya-tanya mengapa seseorang datang dan pergi tanpa
penjelasan.
Karena aku tahu
betul rasanya tersindir setiap alarmku berdering dan mengucapkan kalimat “But I have walked alone with the stars in
the moonlit night. I have walked alone. No one by my sight”.
Ahh, sial,
sepertinya PMS mengacaukan mood-ku
secara berkala.
Hhh, kenapa aku jadi
overthinking seperti ini.
Bukankan aku sudah terlalu
terbiasa menyelesaikan semuanya sendiri? Bukankah aku selalu merasa insecure ketika harus bergantung dengan
orang lain?
06.00 am di pagi yang lain
Sial, kenapa aku
selalu lupa mematikan alarm di Sabtu pagi?!
Aku menarik nafas
pelan. Dapat kurasakan sebagian ototku yang tegang semalam telah mengendur
dengan sendirinya.
Aku benci mengakui
ini. Namun, di saat menghadapi pekerjaan yang terus memburuku
sekaligus menuntutku untuk tak sedikit pun berbuat kesalahan, aku merasa lelah-selelahnya.
Saking lelahnya, aku
bahkan tertidur dengan posisi menelungkup, menghadap layar laptop yang gelap
karena kehabisan baterai. Lembaran kertas kerja berserakan membentuk pola tak
beraturan di atas tempat tidurku.
Sebaiknya aku mulai
darimana ya?
07.00 am (masih) di
pagi yang lain
Getaran halus dari smartphone membangkitkan kesadaranku.
Entah perasaanku
saja atau memang kenyataan, rasanya kok semakin pagi saja kolegaku
menghubungiku untuk menunaikan tugas rutin di Sabtu pagi.
Kembali kunyalakan
laptop yang baru beristirahat beberapa jam lalu. Sebentar saja, jemariku sibuk
menarik di atas keyboard.
Aku terlalu fokus
memperhatikan deretan angka demi angka yang muncul di layar laptop sampai sebaris
pesan singkat di layar smartphone menarik
perhatianku.
Are u ok? Klo gw bikin bete sori y, tp klo something
happened, crita2 y. Jgn sedih sendiri.
Sebuah senyum simpul
terukir di bibirku. Senyum yang sama, yang selalu hadir di wajahku setiap kali
mendapatkan pesan singkat darinya, yang selalu muncul tatkala aku memandang
jauh ke dalam matanya, yang selalu terukir setiap kali kusadari bahwa ia nyata
di hidupku.
Cukup sebaris
kalimat sederhana darinya mampu memberi makna lebih pada Sabtu pagiku.
Now I walk with you
with my head held high
In the darkest sky,
I feel so alive
08.00 am (masih) di
pagi yang lain
Usai menyelesaikan
pekerjaanku, aku kembali menekuri sebaris pesan singkat itu.
Rupanya kemarin aku
terlelap di depan laptop sebelum sempat mengetikkan pesan balasan untuknya.
Pantas saja ia bertanya “are u ok?”.
Ahh, ini memang
terdengar menjijikkan. Percayalah, kadang aku pun merasa geli dengan tingkah lakuku
akhir-akhir ini. Namun, sulit rasanya untuk tidak merasa senang setiap kali
membaca sebaris pesan singkat darinya.
Aku
bahkan terlalu senang membaca kalimat “jangan sedih sendiri” darinya. Rasanya
sudah cukup lama semenjak seseorang memintaku untuk membagi ceritaku dengannya. Rasanya sudah
cukup lama semenjak seseorang memintaku untuk tidak bersedih sendiri.
Sekali lagi
kupandangi pesan singkat dari sosok yang baru kukenal dalam waktu singkat.
Pesan singkat yang
mampu membuatku tak merasa sendiri lagi.
Pesan singkat yang
membuat lirik “Now I walk with you with
my head held high. In the darkest sky, I feel so alive” dari dering alarmku
mempunya makna lebih.
Note :
Habis baca blog ini, pasti ada aja yang nanya “ini pengalaman pribadi ya?”. Hehehe. Ga kok. Ini bukan pengalaman pribadi. Ini cuman fiksi semata.
Habis baca blog ini, pasti ada aja yang nanya “ini pengalaman pribadi ya?”. Hehehe. Ga kok. Ini bukan pengalaman pribadi. Ini cuman fiksi semata.
Anyway, thank you
for reading this blog. Jangan lupa komen di bawah ya (percayalah, rasanya
garing banget nulis lagi setelah 3 bulan absen :( Huhu)
Another note : Thank
you for being here. Life wouldn’t be this fun without you and your
so-called-receh-jokes. :)
With love,
Bells